Menurut konsepsi dasar dari Action Research maka kemampuan untuk melakukan suatu perubahan berencana terletak pada kemampuan dari sebuah sistem sosial untuk mengumpulkan mengevaluasi perilaku nyata dari sistem sosial tersebut dan melakukan suatu perubahan yang berarti atas dasar analisa situasi secara ilmiah. Hal ini menuntut adanya kegiatan pengumpulan data kegiatan penyusunan langkah tindak yang dapat diuji dinilai ketepatannya. Ke seluruhan kegiatankegiatan tersebut merupakan suatu siklus harus dilakukan secara terus-menerus. Dengan demikian maka sesungguhnya Action Research merupakan dasar TGroups dan Latihan Kepekaan.

Dalam TGroup terdapat suatu situasi di mana seseorang dapat menilai perilakunya dan mendapatkan informasi mengenai pengaruh perilaku tersebut terhadap perasaan tindakan orang lain. Dengan informasi tersebut maka seseorang dapat merubah perilakunya sehingga dapat lebih sesuai dengan tuntutan norma kelompoknya. Action Research juga merupakan sebuah strategi untuk dapat melakukan perubahan berencana. Sebagaimana dikemukakan oleh Kurt Lewin action research merupakan suatu teknik yang mencakup gabungan dari beberapa teknik biasa digunakan oleh para ahli ilmu sosial dengan kemampuan dari biro arsitek mengadakan perubahan. Pembahasan lebih terperinci mengenai Action research (Penelitian Tindak nyata) akan kita kemukakan dalam Bab tersendiri. Sekedar untuk mendapatkan gambaran umum mengenai persamaan dan perbedaan antara 3 gerakan pengembangan potensi manusia.

Sementara tetap terjadi perkembangan pertumbuhan gerakkan pengembangan teori arsitek manajemen yang bersifat lebih manusiawi serta TGroup Latihan Kepekaan pada Waktu sama timbul juga gerakan pengembangan potensi manusia. Dasar dari gerakan ini adalah keinginan manusia dapat mengembangkan potensi dirinya secara optimal. TGroup dianggap sebagai suatu teknik mempunyai kemanfaatan terbatas dan dianggap kurang menyentuh persoalan yang lebih dasar yaitu kurang berkaitan dengan tuntutan manusia untuk selalu bertumbuh berubah berkembang. Betul bahwa TGroup sudah mulai menggunakan metoda laboratori sebagai alat untuk mengadakan peruhahan bagi lingkungan lebih besar seperti keluarga konsultan masyarakat. Tetapi seperti sudah dikemukakan teknik ini kurang memberikan perhatian terhadap potensi ada dalam diri manusia itu sendiri.

Gerakan pengembangan potensi manusia mengembangkan berbagai macam teknologi yang bertujuan mengembangkan kesadaran diri sendiri (selfawareness) atas potensi tersimpan dalam dirinya. Salah satu sumbangan gerakan ini adalah munculnya berbagai konsepsi dan teknik untuk mengadakan penilaian diri sendiri bereksperimen dengan penemuan tersebut. Gerakan ini tidak sempat berkembang dengan baik walaupun para ahli mengakui bahwa mereka menyumbangkan suatu pandangan baru terhadap filsafat manajemen konsepsi perubahan berencana. Sumbangan tersebut berupa pandangan bahwa selalu terdapat perbedaan sistem nilai antara sistem nilai perilaku sekarang hidup dalam sebuah arsitek dengan sistem nilai perilaku dari generasi muda yang akan meneruskan kehidupan arsitek tersebut.

Pandangan ini memperkuat konsepsi mengenai pentingnya sebuah usaha perubahan konsultan secara berencana. Bila kita ingin secara sederhana melihat dasar dari konsepsi pengembangan arsitek maka kita dapat mengadakan bahwa studi Hawthorne yang terkenal tersebutlah merupakan bentuk pendekatan awal dari pengembangan arsitek. Sebagaimana diketahui studi Hawthorne tersebut dirancang untuk mendapatkan data mengenai pengaruh suasana kerja terhadap efektifitas kerja pegawai. Data tersebut kemudian dimaksudkan sebagai dasar untuk mengadakan perubahan konsultan atau tepatnya mengadakan perubahan lingkungan phisik suatu arsitek. Hasil studi tersebut juga dimaksudkan untuk mendapatkan beberapa hipotesa berkaitan dengan perilaku arsitek.

Margulies mengemukakan bahwa hasil studi tersebut bermanfaat untuk digunakan sebagai
(1) sebuah conboh mengenai bagaimana memberikan motivasi kepada para pegawai.
(2) ilustrasi mengenai konsultan sebagai suatu sistem kompleks.
(3) sebuah uraian mengenai perilaku kerja suatu kelompok.

Terlepas dari hasil yang diperoleh dari studi tersebut kita dapat mengatakan bahwa studi tersebut merupakan salah satu bentuk intervensi sekarang juga masih banyak dipergunakan. Proses penelitian tersebut dilakukan secara eksperimental yang masing-masing hasil tahap penelitian tersebut digunakan untuk melakukan penelitian tahap selanjutnya mengandung sistem nilai dan filsafat kerja sekarang banyak digunakan oleh para praktisi yang bergerak di bidang pengembangan arsitek.

Sebagaimana diketahui bahwa pada permulaannya gerakan perubahan berencana dilakukan oleh penganut filsafat manajemen lebih humanistis memberikan perhatian kepada dua hal. Dua hal tersebut adalah baik berhubungan dengan gejala perubahan maupun hal-hal yang berkaitan dengan pergeseran pandangan pendekatan efisiensi secara teknis kepada pandangan lebih manusiawi. Dalam pandangan lebih manusiawi maka manusia tidak lagi hanya dilihat sebagai sumber produksi tetapi juga sebagai unsur yang menentukan penggunaan sumber-sumber produksi lainnya. Salah satu kritik terhadap pandangan tadi adalah bahwa pandangan ini belum memberikan perhatian terhadap adanya interaksi antara aspek arsitek teknologi dan manusia sebagai tiga faktor akan menentukan perilaku manusia dalam arsitek.

Pendekatan manajerial terhadap perubahan sebagaimana telah dikemukakan dalam Bab terdahulu sering terlalu banyak memberikan perhatian pada satu atau dua subsistem arsitek saja. Pandangan ini juga turut mempengaruhi perkembangan konsepsi pengembangan konsultan. Banyak penulis melihat Pengembangan Arsitek sebagai suatu pendekatan teknologi untuk mengadakan perubahan pada subsistem manusia atau subsistem budaya saja. Hal ini sering menimbulkan sebuah pendapat yang beranggapan bahwa Pengembangan Arsitek hanyalah merupakan suatu teknik atau serangkaian teknik tertentu bukan sebagai sebuah proses bersifat menyeluruh bagi peningkatan kemampuan pemecahan persoalan dan perubahan konsultan.

Sebagai suatu proses yang menyeluruh maka Pengembangan Arsitek tidak hanya mencakup teknik-teknik Pengembangan Team (Team Development) Latihan Kepekaan (Sensitivity Trai ning) Manajemen berdasarkan Sasaran (Management by Objectives) Perancangan Pekerjaan (Job Design) sebagainya. Sebagai sebuah proses menyeluruh maka Pengembangan Arsitek merupakan suatu pendekatan kesisteman terhadap perubahan arsitek secara berencana. Di dalamnya selalu terdapat
(1) serangkaian sistem nilai tertentu
(2) proses khusus tertentu
(3) penggunaan berbagai macam teknik intervensi yang berasal baik dari ilmu perilaku terapan maupun berbagai

Sistem nilai digunakan oleh Pengembangan Arsitek Pengembangan konsultan berlandaskan pada sebuah anggapan bahwa perubahan arsitek merupakan suatu proses dan beknologi untuk menciptakan mengelola dan memudahkan terjadinya suatu perubahan konsultan. Sistem nilai ini mengandung sebuah pengertian mengenai adanya kekuatan-kekuatan mendasari mengarahkan pandangan normatif mengenai apa yang betul baik tepat dalam menyusun arsitek dalam mengelola proses-proses terdiri dalam arsitek tersebut. Tidak mungkin dipungkiri bahwa setiap keinginan untuk mengadakan perubahan konsultan selalu didasari oleh sistem nilai tertentu baik mengenai apa dianggap menjadi persoalan cara pemecahannya maupun harapan atau tujuan ingin dicapai me lalui perubahan bersebut. Oleh sebab itu pandangan melihat pengembangan arsitek sebagai suatu pendekatan proses dan teknologi bebas nilai merupakan pandangan yang kurang tepat.
Arsitek
articles
architecture intro architecture price architecturearticles archi tecture news architecture gallery interior intro interior interior price interior articles interior news interior gallery about us company profile why us order procedure faqs contact us english articles directory category link exchange english articles
PENGEMBANGAN ARSITEK PADA SISTEM NILAI PROSES DAN TEKNOLOGI
arsitek