Ketidaksanggupan dari kepala eksekutif untuk memperoleh keputusan tepat pada waktunya terutama mengenai proyek yang sudah cukup diteliti, dan biasanya disebabkan karena kepala eksekutif merasa sudah membuat keputusan tentang proyek lain yang tidak memerlukan studi dan perhatian yang banyak. Pejabat-pejabat utama dalam perusahaan begitu tenggelam dalam aktivitas schari-hari, sehingga usaha perencanaannya menjadi minimum atau tidak dilakukan sama sekali. Dalam suatu perusahaan yang besar dimana banyak macam kepentingan dan berbagai tingkatan manajemen, ada kesulitan untuk memberikan penilaian yang cepat dan tepat. Adanya kebutuhan untuk mengembangkan rencana produk guna menghadapi persaingan lawan, yang bisa diramalkan atau tidak.
Mencegah hilangnya sasaran dasar dengan jalan mencari masalah sampingan yang menarik tetapi tidak perlu produktif. Mencari metode yang paling baik untuk menerapkan perubahan dasar organisasi dalam perusahaan. Dalam kegiatan anak perusahaan (cabang), usaha memperoleh wewenang yang nyata dan cukup yang didelegasikan dari kantor pusat, terutama jika operasi kantor pusat terletak jauh dari unit tersebut. Memelihara minat dalam tingkat bawahan pada proyek kerja yang penting untuk usaha, tetapi belum tentu menarik. Pengorganisasian waktu dan usaha yang tidak efektif dari kepala eksekutif sendiri yang membuatnya tidak dapat memusatkan perhatiannya pada aktivitas yang sangat penting bagi perusahaan. Merobah dari satu model operasi ke model lain setelah merger atau reorganisasi misalnya dari pengendalian sentral yang ketat menjadi bentuk divisi semi-otonom. Terlalu banyaknya pengawasan manajemen yang rapat atas eselon organisasi yang langsung berada di bawahnya.
Kepala eksekutif terlalu banyak terlibat dalam masalah terperinci dari eselon kedua dan ketiga, dibandingkan menerima pendapat manajer yang paling mengetahui faktanya atau memindahkan manajer bawahan tersebut apabila pikirannya tidak bisa diterima. Perusahaan terlalu mengandalkan kepribadian orang tingkat paling atas. Memberikan tanggung jawab kepada bawahan tanpa disertai dengan pendelegasian wewenang yang sesuai dan memberikan kepada bawahan kebebasan sebesar-besarnya untuk menerapkan wewenang itu. Tidak adanya kesempatan mendiskusikan secara terus terang dengan kepala eksekutif mengenai persoalan kritis. Terbatasnya eksekutif yang terampil untuk melaksanakan manajemen yang efektif atas proyek baru yang diperlukan bagi pertumbuhan perusahaan. Kegagalan untuk mengetahui kebutuhan tenaga eksekutif dan melatih orang yang tepat untuk kedudukan yang lebih tinggi sewaktu diperlukan. Menentukan apakah pengembangan pegawai dilakukan berdasar secara spesialis atau umum.
Memindahkan seseorang dari posisi lini menjadi posisi staf atau konsultan, terutama dipandang dari sudut yang berkepentingan dan tidak dari sudut perusahaan. Penyusunan uraian jabatan dan prosedur kerja yang dapat sungguh-sungguh efektif, dan tidak hanya bersifat umum atau kurang bernilai praktis. Meyakinkan orang-orang muda bahwa mereka harus memperoleh pengalaman dasar usaha terutama dalam pengambilan keputusan, sebelum mereka memimpin orang lain.
Persoalan Organisasi:
Timbulnya kesimpang-siuran dalam perusahaan karena tidak jelasnya rumusan pekerjaan dari fungsi lini dan fungsi staf. Ketidak-pastian dalam perusahaan mengenai di mana batasan macam kegiatan yang sentralisasi dan desentralisasi. Tidak adanya rumusan tanggung jawab yang jelas, wewenang dan hubungan kerja antara komponen fungsional dalam perusahaan. Timbulnya kerja rangkap (duplikasi) karena jeleknya koordinasi antar-departemen atas berbagai aspek dari proyek kerja yang sama.
Persoalan Fungsi:
Tidak adanya sasaran keuangan khusus secara terperinci, terutama dalam hal laba modal yang digunakan dan prolitabilitas, yang dijabarkan dalam sasaran produk yang berarti dan katagori pasar. Tidak adanya program latihan terus-menerus yang sungguh efektif bagi tenaga penjualan dan personil pengawasan. Dalam usaha yang mempunyai difersivikasi, kebutuhan mempertahankan beberapa keseimbangan dalam struktur upah dan gaji dapat sangat berbeda.
Memperoleh penerimaan secara sukarela atas promosi personil tertentu dalam perusahaan. Mendidik personil dari kalangan yang bukan akunting dalam penggunaan statistik biaya dan informasi akunting untuk tujuan pengambilan keputusan.
Persoalan Komunikasi:
Memberi informasi kepada para manajer, apabila perusahaan memulai memikirkan kembali kebijaksanaan (policy) pokok perusahaan, untuk mencegah frustrasi yang bisa terjadi dalam perusahaan, apabila informasi semacam itu tidak dlkomunikasikan secara efektif. Memberitahukan secara tetap hal-hal yang penting kepada orang-orang yang berkepentingan (biasanya karena suatu keputusan diambil dalam tingkat yang paling atas dan informasi tidak disebarkan kepada orang lain yang bersangkutan). Mengembangkan komunikasi yang efektif di dalam dan di antara berbagai komponen operasi perusahaan.
Mengembangkan komunikasi (dan pengertian) yang jelas mengenai kebijaksanaan (policy), sasaran dan strategi perusahaan. Menentukan sampai berapa jauh ke bawah dalam tingkat organisasi perusahaan, guna mengkomunikasikan data biaya kepada mereka yang bertanggung jawab dalam penetapan harga. Menciptakan pengertian mengenai harga atas suatu kekeliruan dan ketidak-efisienan pekerjaan dalam terminologi hilangnya kesempatan usaha, hilangnya repulasi, adanya potongan harga dan faktor-faktor lain.
Jawaban yang telah dikumpulkan dari kelompok kepala eksekutif diutarakan di bawah ini. Signifikasinya tidak hanya terletak pada persoalan yang dicakup jika dibandingkan dengan daftar di atas, tapi juga pada jumlah yang tidak termasuk di dalamnya.
Persoalan Menyeluruh :
Tidak adanya kemampuan keuangan perusahaan yang serasi dengan kebutuhan (kesempatan) pengeluaran perusahaan. Kebutuhan untuk memperkirakan dan meramalkan implikasi yang melampaui batas pengendalian perusahaan sendiri sehingga pengetahuan tersebut dapat digunakan dalam pengambilan keputusan mengenai perencanaan keuangan perusahaan. Kebutuhan akan personil yang cakap dan sepadan yang dapat diberi pertanggungan jawab pengambilan keputusan dan wewenang.
Persoalan Organisasi:
Tidak adanya sasaran usaha yang jelas. Koordinasi yang tidak efektif atas pekerjaan dari berbagai bagian dalam perusahaan. Tidak adanya pertanggung jawaban yang jelas, terutama dalam manajemen keuangan. Program kerja yang tidak cukup spesifik untuk mencapai sasaran perusahaan.
Persoalan Komunikasi:
Komponen perencanaan perusahaan yang dipaksakan beroperasi tanpa informasi yang cukup dari grup lain dalam perusahaan. Kesulitan mengembangkan saluran komunikasi yang benar-benar dapat berjalan ke semua tingkat perusahaan. Hilang kontak manusiawi dan pribadi pada semua tingkat organisasi, sewaktu perusahaan berkembang. Ketidak-sanggupan untuk menciptakan pengertian yang cukup mengenai keputusan perusahaan yang pokok (penting).
TUNTUTAN MASYARAKAT BAWAH PADA KONSULTAN ARSITEK