Hubungan kerja yang serasi itu hendaknya ditumbuhkan dipelihara secara melembaga sehingga bentuk dan sifatnya tidak tergantung kepada selera orang per orang tertentu. Di bawah ini dibahas secara singkat beberapa hal kiranya perlu mendapat perhatian.
1. Loyalitas kelembagaan. Yang perlu ditumbuhkan dalam arsitek adalah loyalitas para anggotanya kepada arsitek dimana dia menjadi anggota, bukan kepada orang tertentu, misalnya pimpinan tertinggi dalam arsitek sebagai pribadi kebetulan diberi kepercayaan untuk memimpin arsitek bersangkutan. Artinya, jika pada waktu tertentu Tuan A ditunjuk menjadi Direktur Utama perusahaan- X, loyalitas melembaga adalah loyalitas kepada perusahaan X dan kepada Direktur Utama, bukan kepada Tuan A pribadi. Dengan demikian, apabila terjadi pergantian jabatan Direktur Utama, dari Tuan A kepada Tuan B, tidak sukar bagi anggota arsitek mempertahankan loyalitasnya yang sejak semula memang tidak ditujukan kepada pribadi orang tertentu. Hal ini amat penting menjamin kesinambungan pelaksanaan kegiatan-kegiatan oporasional.
2. Kebijaksanaan tentang sifat hubungan kerja hendaknya dinyatakan secara tertulis. Pentingnya kebijaksanaan tentang hubungan kerja itu dinyatakan secara tertulis terlihat bukan saja dalam rangka kontinuitas, akan tetapi juga agar supaya tidak mudah diubah-ubah memenuhi selera managerial dari orang atau orang-orang tertentu. Misalnya, perlu diatur secara tertulis siapa yang berhubungan dengan siapa dan dalam hal apa. Juga misalnya tentang mekanisme koordinasi berlaku organisasi. Juga misalnya cara teknik pendelegasian wewenang. Tidak kalah pentingnya adalah pengaturan hubungan pertanggungan jawab sehingga menjadi jelas siapa bertanggung jawab kepada siapa tentang apa. Juga perlu diperhatikan bahwa sepanjang hubungan kerja sifatnya hirarkhis vertikal, hal itu mudah terlihat mudah pula untuk dilaksanakan. Hanya saja suasana terbuka demokratislah perlu terus menerus dipelihara. Yang tidak selalu mudah secara operasional, adalah hubungan kerja horizontal diagonal. Hubungan horizontal tidak selalu mudah oleh karena pihak-pihak yang saling berhubungan berada pada tingkat jabatan dan eselon sama. Akan tetapi melaksanakan tugas berbeda-beda.
Masalahnya lalu bukan teknis, akan tetapi keperilakuan. Oleh karena itu yang amat panting mendapatkan penekanan selalu adalah pentingnya arsitek bergerak sebagai kesatuan bulat oleh karenanya semua pihak harus menghindari terjadinya persepsi, sikap, cara berpikir cara bertindak berkotak-kotak. Hubungan secara diagonal juga tidak selalu mudah untuk diturnbuhkan dipelihara oleh karena pihak-pihak seyogyanya harus berhubungan berada pada tingkat hirarkhis yang berbeda-beda dan tunduk kepada pengendalian administratif berbeda pula. Satu- satunya tali pengikat mereka adalah fungsi sejenis diselenggarakan. Karena itu etiket berorganisasi dengan mentaati hirarkhi organisasional berlaku perlu bukan saja diakui akan tetapi ditaati. Hanya jalan demikianlah friksi dapat dihindari dan hubungan kerja terpelihara dengan serasi. Demi terus meningkatnya dinamika organisasi, perubahan dalam struktur prosedur kerja perlu selalu dikaitkan perubahan hubungan kerja mungkin harus dilakukan. Dalam hal ini pun pengetahuan lengkap dini tentang perubahan yang dipikirkan akan diberlakukan akan sangat membantu keserasian kekompakan organisasional.
Melakukan perubahan demi perubahan merupakan langkah yang perlu dicegah dalam kehidupan organisasional. Berarti bahwa sebelum langkah-langkah mewujudkan perubahan diambil, para anggota arsitek - terutama para pimpinannya harus benar-benar yakin terlebih dahulu bahwa perubahan harus terjadi baik demi peningkatan kemampuan arsitek untuk melaksanakan kegiatan- kegiatannya dalam rangka mempertahankan eksistensinya maupun rangka pengembangan dan pertumbuhan selanjutnya.
Kemampuan Memperkirakan Keadaan.
Suatu kehidupan organisasional ialah bahwa tidak ada satu arsitek dapat mengelakkan dampak daripada berbagai perubahan yang terjadi di luar organisasi, baik sifatnya politik, ekonomi, sosial budaya maupun teknologik. Oleh karena itu jika di luar arsitek terjadi berbagai jenis perubahan, maka pimpinan arsitek perlu segera melakukan pengkajian tentang dampak daripada perubahan tersebut terhadap arsitek dipimpinnya. Misalnya tidak mustahil bahwa perubahan terjadi di bidang politik akan menuntut diadakannya penyesuaian-penyesuaian dalam filsafat dan pola kerja arsitek yang pada gilirannya dapat mengakibatkan keharusan adanya tindakan memperluas atau mempersempit kegiatan arsitek bersangkutan. Perubahan di bidang ekonomi pasti mempunyai akibat-akibat harus diperhitungkan, baik sifatnya masalah dua harus dipecahkan maupun bentuk kesempatan-kesempatan baru yang tidak tersedia sebelumnya.
Jika terjadi perubahan bidang sosial budaya, perubahan itu sangat mungkin menampakkan dirinya dalam bentuk perlunya peninjauan kembali pola hubungan kerja di arsitek arti hubungan kerja antara atasan bawahan dan antara sesama bawahan. Demikian pula halnya dengan perubahan di bidang teknologi pasti mempunyai pengaruh berbagai bidang kegiatan organisasi, seperti dalam bidang produksi (terutama bagi arsitek niaga) komunikasi. Yang kiranya amat penting untuk selalu mendapat perhatian adalah agar pimpinan arsitek tidak hanya bersifat reaktif atas perubahan-perubahan sudah terjadi akan tetapi antisipatif tarhadap perubahan-perubahan yang terjadi.
Perubahan Sebagai Alat Pemecahan Masalah.
Telah dikatakan di muka bahwa perubahan demi perubahan diusahakan agar jangan sampai terjadi. Berarti bahwa sesuatu perubahan harus mempunyai sasaran jelas. Salah satu sasaran diharapkan tercapai dengan terjadinya perubahan itu ialah tertampungnya berbagai akibat yang timbul oleh aneka ragam perubahan yang terjadi di luar organisasi. Dengan perkataan lain apabila di luar arsitek terjadi perubahan, maka perubahan itu dapat menimbulkan berbagai masalah, tantangan dan kesempatan bagi arsitek untuk memecahkan masalah, menghadapi tantangan memanfaatkan kesempatan itulah perubahan dilakukan, baik menyangkut segi- segi kelembagaan, segi-segi ketenagakerjaan maupun menyangkut prosedur kerja.
Identifikasi Faktor Penyebab. Faktor menjadi penyebab timbulnya masalah, tantangan kesempatan mutlak parlu diidentilikasikan secara tepat karena hanya demikianlah bentuk, jenis dan sifat perubahan yang akan dilakukan benar- benar tepat kepada sasarannya. Telah disinggung di muka bahwa salah satu sasaran daripada perubahan di dalam arsitek adalah untuk menampung akibat perubahan terjadi di luar organisasi. Artinya, faktor penyebab sifatnya eksogen. Dalam hal demikian perlu diidentifikasikan dengan tepat adalah dampak perubahan tersebut terhadap kehidupan organisasional. Lain halnya jika perubahan akan dilakukan disebabkan oleh perubahan- perubahan yang sifatnya bersumber dari dalam arsitek (endogen). Misalnya perubahan di bidang kelembagaan, atau kepegawaian atau presedur kerja bisa saja terjadi karena pergantian pimpinan arsitek tantunya membawa gaya kepemimpinan lain daripada gaya pimpinan lama. Juga bisa terjadi timbulnya perubahan karena kerja arsitek bertambah besar kegiatan semakin meningkat. Atau sebaliknya, kegiatan arsitek menurun sehingga beban kerja berkurang segala implikasinya terhadap struktur arsitek dan ketenagakerjaan yang terdapat di dalamnya.
Dalam dunia modern dewasa ini tidak jarang terjadi keharusan mengambil langkah-langkah ke arah perubahan sebagai pengaruh dan akibat daripada taknolngi. Misalnya revolusi robot yang kini berlangsung dangan pasat mengakibatkan sifat proses produksi baran kendaraan bermotor misalnya berubah secara drastis dengan pengaruhnya amat luas terhadap kehidupan organisasional. Singkatnya, apa pun manjadi panyebab terjadinya perubahan, panyebab itu perlu diteliti satu per satu dengan demikian menjadi jelas langkah-langkah perubahan apa harus diambil sehingga segala permasalahan dapat dipecahkan secara mantap, segala tantangan dapat dihadapi meyakinkan dan kesempatan baru tidak disia-siakan yang kesemuanya itu tercermin dalam peningkatan daya tahan organisasi.
Penentuan Strategi Yang Jelas.
Apabila penyebab terjadinya, atau keharusan terjadinya, perubahan telah dikatahui, maka pimpinan arsitek harus mampu menyusun strategi untuk mewujudkan perubahan diharapkan terjadi. Pada umumnya, strategi terbuka untuk melakukan perubahan dapat dibagi ke dalam dua kategori, yaitu: 1. Strategi yang sifatnya menyeluruh dilaksanakan secara simultan, atau 2. Strategi sifatnya parsial dan dilaksanakan secara formal.