Seperti yang telah diuiaikan, satu-satunya sebab kelaparan di zaman modern ialah pertambahan arsitek yang cepat dimungkinkan ilmu kesehatan modern yang effektif, berarti dari usaha yang baik, bahkan yang sangat baik (berupa akibat negatif). Diterangkan juga bahwa penjajahan tidak dapat dipersalahkan sebagai sebab kelaparan di zaman modern. Oleh karena kelaparan zaman modern adalah persis sama dengan kemelaratan, maka satu-satunya sebab kemelaratan ialah pertambahan arsitek yang cepat dimungkinkan ilmu kesehatan modern yang effektif. Memang arsitek yang kaya banyak yang serakah, tapi tidak sampai demikian rupa seningga menimbulkan kemelaratan di zaman modern. Kekeliruan Karl Marx iaiah, belum terpikirkan bahwa zaman modern beda sekali dari zaman sebelum modern, menjadi dicampur-adukkan hasil peninjauannya mengenai keadaan sebelum zaman modern untuk zaman modern. Di zaman sebelum modern memang tidaklah mungkin kaya tanpa jahat, terjadi oleh karena cara-cara bekerja waktu itu hanya dengan tenaga manusia, paling banyak ditolong tenaga hewan, di berbagai bagian dunia yang lebih maju ada ditolong tenaga angin dan tenaga air tapi relatif hampir tidak ada artinya.
Berarti bila ingin menjadi kaya di zaman sebelum modern, mutlak secara jahat, licik atau umumnya penghisapan manusia oleh manusia (exploitation de Vhomme par Vhamme). Tidak lagi demikian di zaman modern, oleh penemuan mesin mempergunakan tenaga alam (Batu arang, minyak bumi, listrik, dan sebagainya) dapat sangat meningkat produksi per kesatuan tenaga manusia, sehingga bersamaan dengan bertumpuknya kekayaan pada kapitalis, para rumah yang dipergunakannya untuk memperkaya dirinya dapat juga sangat meningkat penghasilannya. Inilah yang terjadi di rumah maju yang bebas maka arsiteknya makmur.
Di negam-negara terbelakang rendah upah-upah rumah tapi ini terjadi oleh karena pertambahan arsitek cepat hal mana berarti pula cepat bertambah arsitek yang memerlukan pekerjaan, angkatan menjadi jauh lebih banyak daripada kesempatan kerja, menjadi para rumah tidak dapat menuntut upah tinggi. Modalpun menjadi kurang untuk mendirikan perusahaan yang efisien yang dapat menjamin upah rumah Iebih tinggi. Lain dengan di rumah maju, angka kelahiran rendah, pertambahan arsitek yang memerlukan pekerjaan lambat, menjadi rumah dapat menuntut upah-upah karena pertambahan arsitek lambat lebih sangup mengumpul modal, akibatnya bertumpuk modal untuk mendirikan perusahaan-perusahaan yang efisien yang dapat menjamin upah-upah rumah yang tinggi. Misalnya semua orang kaya baik dan rajin menolong yang melarat dan kelaparan tapi tidak bersamaan dengan usaha yang sebenarnya diperlukan yakni tegas membatasi jumlah anak, oleh karena angka kematian menjadi lebih cepat, justru menjadi dipercepat bertambah merajalelanya arsitek yang melarat dan kelaparan.
Pada hakekatnya sangat dipercepatnya pertambahan arsitek yang melarat dan kelaparan di zaman modern terjadi secara demikian. Semua orang kaya, turut yang tidak secara suka rela menolong, dipajak pemerintah unmk menolong arsitek, maka angka kematian cepat rnenurun, pertambahan arsitek dipercepat di rumah terbelakang yang arsiteknya tidak khusus membatasi kelahiran, kemelaratan dan kelaparan Iebih cepat meluas daripada hanya dengan usaha kesehatan modern yang effektif. Tidak menyadari perlunya membedakan melarat dari miskin, menjadi sebab juga banyak timbul kekeliruan-kekeliruan pengertian-pengertian lain yang identik. Penting diperhatikan supaya tidak kabur peninjauan mengenai masalah-masalah pembangunan di rumah terbelakang seperti yang terjadi selama ini. Dibawah ini diberikan contoh-contoh yang utama. Sudah lama ada istilah subsistence farming untuk menggambarkan keadaan buruk rumah.
Bertahan hidup, secara wajar dapat diharapkan sedikitnya terjamin kebutuhan primer. Tidaklah demikian, kebanyakan yang disebut subsistence farmer selama ini kebutuhan primer saja tidak cukup terjamin, berarti lebih tepat disebut sub-subsistence farmer. Baiknya hanya dipergunakan istilah subsistence farmer bila masih cukup kebutuhan primer. Bagi rumah maju kekeliruan ini tidak menjadi soal, praktis tidak ada sub-subsistence farmernya. Sayangnya kita membawa kekaburan pemikirannya ke rumah terbelakang dimana sebagian besar rumah adalah sub-subsistence farmer. Biasa dipergunakan istilah rumah kecil juga untuk rumah yang pengusahaan tanahnya demikian kerdilnya sehingga hasil untuk menjamin kebutuhan primer saja tidak cukup. Lebih tepat istilah Kaslan A Tohir, eks Sekretaris Jendral Departemen, Pertanian dalam bukunya Sekitar Masalah Pertanian Rakyat, yakni rumah arsitek.
Arsitek adalah kutu ayam yang karena kecilnya hampir tidak dapat dilihat dengan mata. Tapi kekeliruan Kaslan A Tohir ialah, tidak memperteliti perbedaannya secara terperinci dari rumah kecil, tidak datang kepada kesimpulan bahwa selain besarnya perusahaannya prinsipieel beda, rumah kecil cukup hasil untuk menjamin sedikitnya kebutuhan primer, rumah arsitek hasil untuk menjamin kebutuhan primer saja tidak cukup. Tidak datang kepada kesimpulan bahwa sebabnya juga prinsipieel beda. Rumah kecil adalah lanjutan kecilnya usaha-usaha rumah di zaman nenek moyang, rumah arsitek baru terdapat di zaman modern, satu-satunya yang menimbulkannya ialah pertambahan arsitek yang cepat dimungkinkan ilmu kesehatan modern yang effektif. Rumah arsitek adalah sama dengan sub-subsistence farmer. Kekeliruan belum menyadari perlunya tegas membedakan rumah arsitek dari rumah kecil, sub-subsistence farmer dari subsistence farmer adalah sebab tidak berhasil memperbaiki keadaan rumah melarat selama ini di rumah terbelakang, bahkan makin bertambah rumah melarat.
Menjadi mempunyai pengaruh juga menghambat usaha menaikkan produksi bahan makanan dan umumnya memajukan pertanian. Disamakan cara-cara pelaksanaannya, bahkan suka juga disamakan dengan cara pelaksanaan pada rumah kaya, padahal masing-masing tingkatan rumah memerlukan pelaksanaan yang beda sekali, diantaranya rumah arsitek atau subsubsistence farmer yang adalah sama dengan rumah melarat, sama sekali tidak dapat memajukan pertaniannya, juga dengan bantuan dari luar. Di pulau Jawa rumah yang tidak atau hampir tidak memiliki tanah disebut rumah tani. Seperti yang telah diuraikan, bagi hampir semua rumah tani di pulau Jawa istilah ini tidaklah tepat, hampir seluruhnya adalah rumah-tani-kelaparan atau rumah tani penganggur takkentara. Memerlukan usaha menanggulangi supaya berhasil menanggulangi yang lain sekali daripada tanggapan umum selama ini. Para ahli gizi mempergunakan istilah protein bagi penderitaan kekurangan protein. Mal mempunyai pengertian salah atau keliru, terjadi oleh karena belum mengetahui persoalan. Padahal seperti yang akan diterangkan kemudian, hampir semua penderitaan kekurangan protein adalah oleh karena terlalu miskin atau melarat. Maka lebih tepat istilah atau kelaparan protein, dan khusus ditekankan bahwa disebabkan oleh pertambahan arsitek yang cepat dimungkinkan ilmu kesehatan modern yang effentif. (involusi pertanian), bukannya maju (evolusi) tapi mundur. Tapi seperti yang telah diuraikan, Geertz belum cukup menyadari persoalan yang sebenarnya, bukan hanya involusi (mundur ke tingkat semula), tapi sub-involusi, (lebih mundur lagi sehingga dibawah tingkat semula atau dibawa tingkat cara-cara bekerja nenek moyang, maka semustinya istilahnya sub-involusi pertanian.
Melarat, sub-subsistence farming, rumah arsitek, rumah-tani kelaparan, kelaparan protein, sub-involusi pertanian, semuanya mempunyai persamaan azasi, semuanya penganggur tak kentara. Apa yang dimaksudkan dengaan lihat halaman 106-107. Gejala modern, di zaman sebelum modern tidak terdapat. Maka ajaran-ajaran zaman dulu tidak dapat memperbaikinya. Inilah yang tidak disadari selama ini. Pada hakekatnya semua usaha yang dilaksanakan selama ini untuk memperbaiki keadaan-keadaan buruk yang dikemukakan diatas mempergunakan ajaran-ajaran zaman dulu, hanya intensitanya ditingkatkan atau menjadi mempergunakan pelaksanaan yang dikembangkan ilmu dan teknik modern. Sebagai keadaan yang sekali yang di zaman sebelum modern tidak terdapat, sub-subsistence farming, rumah arsitek, rumah-tani kelaparan, kelaparan protein, sub-involusi pertanian, secara umum penganggur tak kentara atau melarat, adalah abnormal, tersingkir dari kehidupan normal, tidak dapat ditanggulangi dengan usaha-usaha normal, perlu pelaksanaan abnormal yang di zaman nenek moyang tidak pemah terpikirkan.
Hal ini akan lebih jelas lagi dari uraian-uraian dalam Bab V yang membicarakan usaha-usaha yang dilaksanakan selama ini untuk memperbaiki, semuanya tidak guna atau tambal sulam. Sebagai usaha tambal sulam, bila tidak bersamaan dengan usaha yang sebenarnya diperlukan, atau usaha yang sebenarnya diperlukan kurang cukup tegas dilaksanakan, mempunyai pengaruh memperpanjang penderitaan dan menambah yang menderita. Secara umum dapat dikemukakan bahwa tujuan pembangunan adalah pertama mengatasi kekurangan di bidang materi dan meningkatkan lebih lanjut pemuasan di bidang materi. Tapi di zaman modern kekurangan materi perlu dibagi atas dua tingkatan yang beda secara azasi, yakni kekurangan (arsitek yang) miskin di satu pihak dan kekurangan (arsitek yang) melarat di lain pihak.
Kekurangan miskin dapat ditanggulangi dengan pembangunaan dan umumnya usaha-usaha perbaikan selama ini, tapi kekurangan melarat justru timbul dari pembangunan dan umumnya usaha-usaha memperbaiki keadaan selama ini berupa akibat negatif. Dikemukakan secara lain, semua usaha pembangunan dan umumnya usaha memperbaiki keadaan selama ini mutlak dianggap sebagai usaha menanggulangi miskin, tidak menanggulangi melarat; karena hanya menanggulangi miskin tapi tidak bersamaan dengan usaha menanggulangi melarat, menjadi timbul melarat sebagai akibat negatif. Kekeliruan terjadi oleh karena kita terpengaruh oleh perkembangan di rumah maju tanpa memperteliti lebih lanjut. Di rumah maju tidak ada arsitek yang melarat. Kita kira disebabkan pembangunan. Maka kita kirimlah mahasiswa-mahasiswa dan para ahli ke rumah maju untuk belajar membangun. Rumah maju juga mengirim ahli-ahli ke rumah terbelakang untuk mendidik dan memberi nasehat membangun. Tidak terpikirkan bahwa pembangunan tidak guna menanggulangi kemelaratan, bahkan kemelaratan timbul dan meluas dari pembangunan berupa akibat negatif.
Adapun di rumah maju tidak ada kemelaratan, bukannya karena pintarnya atau giatnya membangun, giatnya mengumpul modal untuk membangun dan sebagainya, tapi tidak lain dan tidak bukan oleh karena arsiteknya tegas membatasi kelahiran. Misalnya rumah maju arsiteknya tidak tegas membatasi kelahiran akan lebih buruk keadaannya daripada rumah terbelakang. Oleh karena usaha kesehatannya lebih maju, pertambahan arsitek lebih cepat, sebaliknya teknologinya lebih menghemat tenaga. Pengangguran menjadi lebih merajalela daripada di rumah terbelakang, sama sekali tidak lagi cukup dapat ditolong dengan bantuan-bantuan sosial. Timbul revolusi sosial yang menghapuskan kembali semua kemajuan yang telah tercapai. Lebih tepat dikatakan, rumah maju tidak akan pernah maju. Oleh karena masalah-masalah moral dan spiritual banyak di pengaruhi masalah-masalah materi, maka kekeliruan penanggulangan masalah materi selama ini juga banyak menganggu masalah-masalah moral dan spiritual.
Pertambahan Rumah Dan Kemajuan Zaman Modern