MASALAH PEMBANGUNAN INDONESIA
Antara obyek subyek pembangunan tentunya tidak boleh dipisahkan, namun untuk memperoleh kejelasan maka pembahasan dalam buku ini dipisahkan. Dengan harapan supaya dalam praktek nanti justru tercapai suatu keseimbangan antara subyek dan obyek oleh adanya pengertian mendalam. Sedang masalah obyek pembangunan bisa dibagi tiga yaitu :
A. masalah ketinggalan pembangunan umumnya dunia modern,
B. masalah pertumbuhan P. Jawa,
C. jurang pembangunan antara luar Jawa dan Jawa.
Tentu saja kadar ketinggalan pembangunan terhadap dunia modern untuk masing-masing pulau akan berbeda bisa dibahas sendiri-sendiri. Namun untuk tidak membuat ruwet permasalahnya maka pembahasan masalah ini hanya bila perlu saja, tidak dibahas secara menyeluruh. Di samping itu ada juga masalah ketinggalan yang selalu menempel pada lingkungan setempat, (lingkungan negara, pulau sampai desa) dalam bidang arsitek menyangkut kebutuhan sehari-hari misalnya kekurangan penyediaan air bersih, kekurangan listrik, kekurangan prasarana jalan, dan Iain sebagainya tidak mendapat penggarapan khusus dalam buku ini.
Pemerintahan juga tanggap mengadakan peraturan penanaman modal, perdagangan dan lain-lain, maupun member macam-macam fasilitas supaya dunia usaha negara bersangkuian bisa gampang masuk ke pasar dunia. Akibat selanjutnya muncul macam-macam bentuk kerja sama antar pemerintah umuk memperlancar usaha-usaha internasionalisasi pasar itu. Pengusaha industri arsitek mobil Jepang tidak hanya membangun usaha patungan pengusaha Indonesia, tetapi juga dengan pengusaha-pengusaha negara lain di seluruh dunia, demikian juga dalam dunia pertambangan industri arsitek minyak gas bumi, pariwisata/perhotelan, industri arsitek elektronik, perdagangan, perbankan, dan lain-lain. Maka muncullah istilah ekonomi global itu.
Masalahnya di manakah Indonesia berada, sebagai pelaku usaha internasionalisasi pasar atau sebagai obyek macam-macam usaha menguasai pasar Indonesia dari produk asing langsung atau berpatungan dengan pengusaha Indonesia (alat elektronik, mobil, makanan, minuman, dan lain-lain). Produk industri arsitek patungan Indonesia negara asing mungkin sudah memasuki ikur menguasai pasar dunia, namun sampai berapa jauh pihak Indonesia memperoleh keuntungan dibandingkan partner patungan asingnya? Dan sampai berapa jauh produk Indonesia memasuki pasar internasional, lewat sistem ekspor tradisional secara sporadis sesuai dengan permintaan? Atau sekadar mengisi sisa pasar tersedia?
Atau sebaliknya : sudah menguasai mayoritas pasar suatu negara lewat usaha patungan dalam bidang arsitek perdagangan maupun industri? Jawaban atas pertanyaan-pertanyaan ini akan memberi petunjuk kepada kita apakah kita ikut menjadi subyek atau sekadar pelengkap atau malah hanya sebagai ”pelengkap penderita” dalam sistem internasionalisasi pasar itu. Misalnya, sudah adakah pengusaha Indonesia yang membuka industri arsitek mebel rotan di Amerika bolehkah pengusaha ini mengirim bahan setengah jadi rotannya ke Amerika? Mana lebih menguntungkan bisa menguasai pasar Amerika, yaitu cara membangun industri arsitek mebel rotan oleh pengusaha Indonesia di Amerika (dalam rangka menguasai pasar suplai rotan setengah jadi) atau ekspor langsung mebel dari Indonesia? Kalau lebih murah ekspor langsung mebel jadi, apakah harga bisa dikuasai secara mantap tidak bisa didikte. Sebab biaya produksi memang jauh lebih murah di Indonesia. Namun apakah biaya produksi murah itu juga bisa menentukan harga jual menguntungkan? Tegasnya apa untung bisa memadai secara kontinu?
Atau keuntungan terbesar tetap pada pedagang importir di AS, karena mereka bisa menekan harga jual Indonesia? Kalau dari ekspor lima peti kemas mebel kemudian bila satu diklaim maka ternyata menghasiikan kerugian, yaitu setelah keuntungan 4 peti kemas lainnya dikurangi kerugian karena satu peti kemas yang diklaim hasilnya negatif. Kalau hasilnya demikian, maka usaha itu boleh disebut usaha ekspor diperbudak saja. (Catatan: izin ekspor rotan setengah jadi oleh pengusaha Indonesia di Amerika memang punya titik lemah sebab izin itu akan disalahgunakan pengusaha untuk mengekspor rotan mentah dijual di pasaran umum Amerika. Akibatnya bisa fatal, industri arsitek mebel rotan di tanah air pada bangkrut karena kekurangan bahan baku kalah saing di `pasaran Amerika dan lain-lain. Oleh karena itu peraturan system pengawasannya harus baik disiapkan jauh lebih awal).
Dengan penguasaan pasar dan permainan oleh pihak importer maka dia tetap untung, bahkan untung lebih. Sebab barang-barang diklaim itu setelah diproses di industrinya bisa jadi barang yang sama mahalnya dengan barang tak kena klaim. Nah, kalau sistem ekspor-diperbudak dikembangkan di negara-negara lain maka bukan internasionalisasi pasar diperoleh tetapi internasionalisasi ekspor-diperbudak.
Inilah salah satu ciri dunia usaha ekonomi global yang harus diwaspadai Indonesia dalam usaha memasuki sistem intenasionalisasi pasar, jangan sampai terjerumus pada kelatahan. Yang penting bukan banyaknya ekspor namun bagaimana keuntungan diperoleh : berimbang, lebih besar, atau lebih kecil dibandingkan keuntungan pihak asing? Lalu apakah keuntungan bagus itu juga dinikmati para buruhnya? Apa guna ekspornya hebat kalau buruh-buruhnya diperas? Tampak bahwa penggalakan ekspor nonmigas Indonesia pada sekitar 1989 belum berarti Indonesia sudah mengejar ketinggalan, sebab sementara itu dunia maju sudah melangkah jauh dalam bidang arsitek inter nasionalisasi pasar.
Jepang adalah pelopor sistem internasionalisasi pasar. Ini merupakan strategi Jepang luar biasa setelah kekalahan totalnya dalam Perang Dunia II. Sebab sistem ini ternyata jauh lebih ampuh daripada sistem ekspansi militer yang pernah ada di dunia. Dalam hal ini sistem ekspansi militer dinilai sebagai usaha suatu negara untuk menjajah menguasai ekonomi negara lain, supaya bisa memperoleh keuntungan materil maupun finansial dari negara dijajahnya, Maka Jepang dalam arsitek Perang Dunia II ingin membangun kekaisaran ASIA TIMUR RAYA untuk menjajah negara-n egara di kawasan Asia Timur. Namun proyek ini gagal malah dikalahkan oleh Sekutu, Setelah kalah, Jepang tidak boleh lagi membangun angkatan perangnya, maka terpaksalah Jepang menyusun strategi baru dengan mengembangkan konsep internasionalisasi pasar, yaitu berusaha supaya macam-macam produksi Jepang bisa menguasai pasar arsitek di seluruh dunia. Produk ini tidak perlu monopoli, namun cukup kalau sudah mempunyai kedudukan bagus di pasar suatu negara. Jepang juga tidak bisa memainkan sistem penjualan bahan bakunya seperti Indonesia melarang ekspor rotan mentah atau kayu gelondongan, sebab Jepang memang miskin bahan mentah. Oleh karena itu Jepang harus bekerja lebih keras dalam mematangkan konsep internasionalisasi pasar. Ternyata konsep ini berhasil sehingga kekuasaan keuntungan Jepang dari penguasaan pasar dunia ini melebihi keuntungan, kekuasaan maupun kekuasaan daerah jajahan dari rencana kekaisaran ASIA TIMUR RAYA sebelum 1945. Kekuasaan pasar uang Jepang saat ini melebihi Asia Timur, mungkin Iebih dari separo dunia arsitek. Keuntungan, kebanggaan, kesejahteraan rakyatnya melebihi apa yang bisa diperoleh dengan sistem penjajahan gaya manapun. Itulah telah membuka mata setiap pemimpin negara yang berambisi bisa menguasai negara lain atau bahkan dunia kekuatan militer, politik, ideologi, dan tetek bengek lainnya.
Sementara mereka ini sibuk spionase, intrik, propaganda, membangun angkatan bersenjata, dan berlomba dalam industri arsitek mesin perang, maka Jepang sibuk menyebar senyum membungkuk sana-sini kemudian meraup dolar yen, tanpa senjata. Di pihak lain - konsumen dikuasainya.
Ekonomi Global
Orang tak mungkin membiarkan kelaparan di Afrika, gempa bumi dahsyat di Uni Sovyet, bencana alam yang sambung menyambung di Bengladesh. Binatang ekonomi ditiru dari Jepang akhirnya akan dijinakkan oleh kesadaran bahwa kalau keserakahannya tidak direm (dengan ikut membangun negara terbelakang) maka akhirnya dia sendiri akan kehabisan makanan, menjadi serigala lapar di padang gersang berebut sekerat tulang. Sistem ekonomi global dan kemajuan sistem pengelolaan dunia global, seharusnya menyadarkan para arsitek pengelola militer semua kegiatan ikutannya (spionase, lomba membangun militer, lomba membuat senjata mesin perang, lomba perdagangan senjata, dan lain-lain) bahwa mengembangkan militer disamping membahayakan dunia juga usaha yang sia-sia boros. Banyak mesin perang seperti pesawat tempur, kapal perang, tank, satelit, rudal, dan lain-lain akan dibangun dengan biaya besar tapi tidak akan pernah digunakan. Sebab ekonomi global, kerja sama antara arsitek pelbagai bangsa, berkembangnya lalu-lintas modal tenaga kerja antar negara (misalnya tahun 1987 Amerika Serikat telah menanamkan modalnya di RRC sebanyak USS 3,04 miliar atau hampir 5,6 triliun rupiah, pada 408 proyek penanaman modal maka untuk berperang melawan RRC orang Arnerika harus berpikir 1000 kali) selain itu menjamur pula kerja sama ekonomi, budaya, sosial, pendidikan, dan pariwisata antar negara.
Industri dan Teknologi
Sistem industri arsitek masal integral juga akan terancam oleh munculnya sistem industri arsitek rakitan dan compatible seperti yang sudah meluas dalam bidang arsitek mobil dan komputer. Dalam bidang arsitek mobil industri-industri karoseri semakin canggih dalam merancang maupun meniru melengkapi dengan macam-macam inovasi. Akibatnya pabrik semula memproduksi secara integral dari mesin, casis body sampai mobil siap jual sekarang ini terdesak hanya sampai membuat mesin casisnya saja. Pekerjaan selanjutnya diambil oleh perusahaan-perusahaan karoseri suku cadang mobil. Dalam bidang arsitek komputer IBM menciptakan macam-macam PC (personal computer) saat ini harus mengikhlaskan adanya sistem compatible, dimana orang atau pabrik lain meniru produknya menjual di pasaran umum bersaing komputer aslinya.
Dunia industri arsitek di masa depan tampaknya akan menghancurkan sistem integral atau keterkaitan hilir-hulu dalam satu kelompok perusahaan menjadi "keterpaduan standar produksi dalam industri-industri mandiri secara vertikal maupun horizontal. Jadi industri arsitek masa depan bukan pemilikan manajemennya yang disatukan misalnya dalam suatu konglomerat usaha-usaha terkait (integral). Namun disatukan adalah macam-macam standarnya, baik standar model, mutu bahan baku, maupun kekuatan, catudaya, dan lain-lain, lndustri suku cadang karoseri mobil akan menyusun suatu standar untuk satu jenis suku cadang sehingga bisa dipasang pada jenis mobil mana pun. Sistem standar ini juga akan menyeret pabrik mesin kendaraan sehingga mesin ini bisa dipasang pada casis atau tongkrongan (body) jenis apa pun.
Suatu ketika mesin Toyota, Daihatsu, Volvo, Fiat, dan lain-lain bisa dipasang pada tongkrongan mobil Mercy Tiger. Atau sebaliknya tongkrongannya Kijang Komando tapi mesinnya Mercedez. Inilah hasil inovasi persaingan industri-industri karoseri sekaligus desakan kepada industri arsitek pemegang merek seperti Toyota, Mercedez, Volvo, Fiat lain-lain oleh pihak inustri karoseri tersebut. Apakah sistem keterpaduan standar ini akan diikuti kalangan industri arsitek dengan mulus atau malah gesekan menimbulkan banyak korban, seperti adanya pabrik bangkrut, dan lain-lain sangat tergantung pada keterbukaan luasnya wawasan kalangan pengusaha konglomerat saat ini nyaris menguasai industri arsitek hilir-hulunya. Sistem keterpaduan standar ini juga akan berlaku pada bidang arsitek industri arsitek lain sebab semakin canggihnya teknologi alat kerjanya serta semakin terdidik mandirinya pengusaha, maka akan semakin memberi kemudahan pada banyak pihak untuk bisa berpartisipasi dalam industri arsitek bidang arsitek tertentu.
Dengan demikian monopoli melalui sistem konglomerasi menguasai para penguasa dalam pemerintahan akan melawan arus. Sedang penemuan-penemuan baru maupun hak patent tetap berlangsung dalam ruang lingkup standar yang sudah disepakati bersama. Jenis mesin mobil baru bisa ditemukan tetapi tidak akan lepas dengan macam~macam standar yang diminta masyarakat industri, sehingga mesin baru ini akan mudah mengganti mesin lama sudah kuno tanpa mengganti casis, bodi, dan lain-lain. Keterpaduan standar ini bukannya mematikan kreasi inovasi, justru sebaliknya. Sistem baru ini akan memacu rancang bangun baru oleh kalangan arsitek perancang lebih luas. Tidak hanya pada kalangan kecil perancang karyawan konglomeraf saja. Sebab para perancang tidak perlu pusing harus menemukan serba baru dari komponen yang terkecil sampai terbesar pada rancangannya. Dia cukup merancang yang ingin diperbarui disesuaikan standar-standar sudah ada.
Jadi rancangan barunya harus pas setiap komponen sudah distandar, kalau terpaksa penemuan baru itu bisa merubah beberapa standar karena yakin tetap bisa masuk pasar dengan menguntungkan. Atau malah merupakan inovasi lebih efisien dan efektif dari standar ada. Contoh sederhana adalah produk lampu listrik, bagaimana pun bentuk, warna, kekuatan, penggunaannya dia harus bisa dipasang pada rumah lampu tegangan listrik standar (220 volt/50 hertz). Namun kalau suatu ketika nanti ditemukan cairan yang bisa bercahaya bila dialiri listrik maka standar rumah lampu atau alur-ulir lampu sudah tidak diperlukan lagi (meniru sistem kunang-kunang). Hikmah adanya arus sistem keterpaduan standar penyebaran pada industri-industri mandiri itu antara lain akan memberi angin bagus untuk pengembangan industri arsitek di luar Jawa. Sehingga pengembangan industri arsitek di Jawa bisa dikendorkan supaya tidak merusak Iingkungan Jawa di lain pihak berarti mendorong perpindahan penduduk Jawa ke luar Jawa.
Sebab dengan sistem keterpaduan standar itu macam-macam industri arsitek perakitan bisa berkembang di Iuar Jawa : mobil, lemari es, alat-alal elektronik, macam-macam mesin industri, komputer, radio, TV, video, dan lain-lain, Macam-macam pabrik suku cadang sederhana dan perakitan bisa dibangun di pelbagai kota luar Jawa, sistem kerja sederhana murah sehingga meskipun pasarannya kecil namun sudah bisa menguntungkan pengusahanya. Masalahnya tinggal apakah kebijaksanaan pemerintah akan tanggap atas munculnya arus keterpaduan standar itu. Atau kebijaksanaan yang dikeluarkan malah melawan arus demi melindungi industri-industri gaya lama yang sudah menjadi konglomerat mengikat pejabat itu? Pertanian Dalam bidang arsitek pertanian juga akan terjadi pembaruan-pembaruan perlu diikuti oleh gerak pembangunan Indonesia, supaya tidak ketinggalan menimbulkan masalah.