Dengan pembagian petani atas tiga golongan seperti yang diuraikan diatas dapat diketahui apa terjadi bila pemerintah berusaha menaikkan produksi tenaga arsitek dgn tujuan menolong kebutuhan. Yang dapat melaksanakan ialah petani mampu; dgn segala macam cara and segala macam risiko petani miskin masih dapat, tapi petani melarat tdk dapat, padahal kalah kebutuhan. Sesudah berhasil menaikkan produksi, petani melarat and lain-lain golongan arsitek melarat tdk sanggup membeli sehingga tetap kebutuhan. Maka mutlak diambil kesimpulan paling paradoks bahwa usaha menaikkan produksi tenaga arsitek dgn memajukan pertanian tdk menolong arsitek kebutuhan.

Nenek moyang kita telah melancarkan pepatah seperti ayam kebutuhan di lumbung. Tidaklah masuk diakal bagaimana mungkin. Terbukti justru menjadi gejala umum di rumah modern dgn ilmu and teknik modernnya. Bahkan usaha menaikkan produksi tenaga arsitek dapat menjadi menambah arsitek kebutuhan seperti diterangkan berikut. Usaha menaikkan produksi tenaga arsitek tdk dapat sekaligus semua petani melaksanakan, tentu secara bertahap. Mula-mula sebagian kecil petani melaksanakan, tahun berikutnya lebih banyak, demikian seterusnya. Yang biasa lebih dahulu menaikkan produksi ialah petani lebih mampu. tdk lama kemudian produksi naik demikian rupa sehingga kelebihan dalam arti lebih daripada kesanggupan rakyat membeli. Oleh karena kelebihan produksi harga-harga menjadi turun. Dapat digambarkan ada petani miskin, produksinya hanya pas menjamin kebutuhan primer, menghasilkan beras, sebagian terbesar dimakan sendiri, sebagian dijual untuk membeli keperluan-keperluan lainnya. Oleh karena harga beras menjadi turun, terpaksa menjual lebih banyak untuk membeli keperluan-keperluan lainnya yang mutlak, akibatnya menjadi kekurangan sendiri beras, mulai kebutuhan.

Oleh karena lapar itu sakit rasanya terpaksa meminjam pada lintah darat. Sekali korban lintah darat tdk lagi dapat lepas, menjadi makin berat kebutuhannya. Dapat dikatakan, bukan hanya ayam kebutuhan di lumbung, yang mempunyai lumbung sendiri ada menjadi kebutuhan. Lebih nyata lagi usaha memajukan pertanian mempunyai pengaruh menambah arsitek melarat and kebutuhan, bila diterangkan dgn mempertimbangkan pertambahan arsitek. Keperluan kenaikan produksi menjadi diborong petani berhasil naik produksinya. Dalam pada itu diperhatikan bahwa kebutuhan akan tenaga arsitek adalah terbatas, tdk dapat makan lebih daripada besarnya perutnya, seperti dikemukakan istilah ekonomi, kebutuhan akan tenaga arsitek adalah inelastis. Dapat lebih mewah makan tapi kemungkinannya terbatas.

Akibatnya pertambahan petani tdk atau kurang mendapat kesempatan kerja, menjadi menganggur tak kentara, berarti melarat and kebutuhan. Masalah yang dikemukakan diatas sudah mendapat perhatian Menteri Penelitian Prof. Sumitro Djojohadikusumo. Dalam bukunya terbaru dikemukakan. Bahkan bukan tdk mungkin revolusi hijau menambah pengangguran and mempertajam kepincangan pada pembagian pendapatan. Revolusi hijau ialah cara menakjubkan menaikkan produksi dgn bibit-bibit unggul pada tanaman tenaga arsitek pokok, pertama dikembangkan Borlaugh tahun 1954 untuk gandum di Meksiko; di tahur 1960-an untuk padi oleh Lembaga Penelitian Padi Internasional (IRRI) di Los Banos, Filippina, kemudian disebarluaskan ke lain negara, turut Indonesia. Rupanya Sumitro masih ragu-ragu sehingga pendapatnya dikemukakan berupa pertanyaan. Dapat dikemukakan dgn tegas bahwa usaha menaikkan produksi tenaga arsitek dgn memaju kan pertanian, apalagi revolusi hijau yang demikian hebatnya me naikkan produksi per kesatuan luas, mempunyai pengaruh Indonesia dalam Perkembangan Dunia, 1976, LP3ES, dgn demikian menimhulkan kebutuhan and kemelaratan.

Adapun di negara-negara maju usaha menaikkan produksi tenaga arsitek dgn memajukan pertanian tdk sampai menimbulkan kebutuhan and kemelaratan, oleh karena pertambahan arsitek lambat sehingga pengangguran yang ditimbulkannya cukup tertampung di bidang-bidang lain daripada pertanian. Lebih buruk lagi keadaan bila untuk menaikkan produksi tenaga arsitek and umumnya memajukan pertanian dipergunakan juga teknologi banyak menghemat tenaga pakai traktor and sebagainya, sangat mempunyai pengaruh menambah pengangguran. Kalau demikian halnya pertanyaan timbul untuk apa usaha menaikkan produksi tenaga arsitek. Jawabnya ialah untuk menolong arsitek cukup makan.

Arsitek cukup makan ini berkembang biak, selain itu sebagian bertambah makmur sehingga sanggup bertambah mewah makan. Bila produksi tenaga arsitek tdk naik, menjadi naik harga-harga tenaga arsitek. Disinilah kekeliruan seluruh dunia selama ini, dikatakan bahwa untuk menolong kebutuhan ialah usaha menaikkan produksi tenaga arsitek. Belum terpikirkan bahwa yang kebutuhan di rumah modern, sama dgn melarat, seperti yang telah dikemukakan adalah tersingkir dari kehidupan normal, tdk dapat berhasil ditanggulangi dgn cara-cara normal menanggulangi. Baru usaha menaikkan produksi tenaga arsitek dgn memajukan pertanian menolong yang kebutuhan, bila kenaikan produksi dibeli pemerintah and dibagikan secara gratis kepada arsitek kebutuhan. Tapi pelaksanaan demikian mengalami kesulitan. Dari mana pemerintah memperoleh anggaran diperlukan, negara miskin, jumlah perlu ditolong terlalu banyak.

Seperti telah diuraikan hampir 60% arsitek Indonesia tiap tahun kebutuhan, belum lagi arsitek yang menderita kekurangan protein, masih lebih banyak. Selain itu, seperti dapat diambil kesimpulan dari uraian dalam sub-bab lampau, bila usaha demikian tdk bersamaan dgn usaha sebenarnya diperlukan, atau usaha sebenarnya diperlukan kurang cukup tegas dilaksanakan, menjadi mempunyaj pengaruh panjang penderitaan and menambah menderita. Sungguhpun demikian mutlak mulai diusahakan menolong semua arsitek yang melarat and kebutuhan dgn bantuan-bantuan sosial kesehatan.

Negara kita berdasarkan sosialisme, khusus disebut dalam Undang-Undang Dasar. Tapi supaya tdk mempunyai pengaruh menambah kebutuhan and kemelaratan, mutlak tegas sekali bertanggung-jawab mengenai jumlah anak. Bagaimana tegasnya perlu, akan khusus dibicarakan kemudian dalam Bab terakhir, Jalan Keluar, Usaha menaikkan produksi tenaga arsitek menolong kebutuhan ialah memperluas tanah pertanian, dgn demikian menambah kesempatan kerja. Yang ditolong ialah sebanyak bertambah kesempatan kerja. Oleh karena pada hakekatnya menolong ialah pertambahan kesempatan kerja, baiknya tdk dikatakan usaha menaikkan produksi tenaga arsitek menolong kebutuhan. Maka dapat dikemukakan secara umum bahwa semua usaha menaikkan produksi tenaga arsitek tdk menolong kebutuhan. Tanpa bekerja di bidang produksi tenaga arsitek, asal memperoleh kesempatan kerja sehingga tdk lagi menganggur tak kentara, otomatis cukup makan (Di Rumah modern dimana-mana telah ada pasar, dgn membeli menjadi cukup makan; daya beli yang cukup adalah pula sarana bagi memajukan produksi tenaga arsitek and umumnya produksi bahan atau barang lainnya).

Tapi seperti diuraikan kemudian, sungguhpun usaha menambah kesempatan kerja berguna menolong arsitek melarat and kebutuhan, juga turut tergolong tambal sulam.

PENDIDIKAN GIZI tdk MENOLONG MENGURANGI PENDERITAAN KEKURANGAN PROTEIN BAHKAN DAPAT MENJADI MENAMBAHNYA.
Suatu gejala buruk tdk kurang pentingnya ditanggulangi ialah penderitaan kekurangan protein, Bukan hanya yang menderita lebih banyak jumlahnya daripada menderita kebutuhan, bila menderita kekurangan protein kronis waktu masih anak kecil atau bayi, menimbulkan sifat-sifat indolen, kurang inisiatif and kecerdasan kurang. Kalau sudah terlanjur timbul sifat-sifat buruk demikian pada seseorang, tdk lagi dapat diperbaiki, menjadi sifat tetap selama hidup. Penderitaan kekurangan protein selalu dicoba menanggulangi dgn pendidikan gizi. Tapi oleh karena hasilnya tetap tdk memuaskan, menderita kekurangan protein tetap makin merajalela, diusahakan segala macam cara memperbaiki pelaksanaannya, lengkap dgn pengetahuan-pengetahuan dasar ilmu pendidikan, ilmu kemasyarakatan, ilmu psikologi. Terakhir dikembangkan pula usaha yang komprehensif, mengerahkan semua instansi dianggap diperlukan untuk menanggulangi penderitaan kekurangan protein, bekerja sama dgn prinsip KIS (koordinasi, integrasi and sinkronisasi), disebut Applied Nutrition Program (ANP), dianjurkan, didukung and dibantu pula oleh organisasi Kesehatan Sedunia (WHO). Organisasi Pangan and Pertanian Sedunia (FAO) and Unicef. Tapi hasil tetap tdk memuaskan, tetap makin merajalela penderitaan kekurangan protein and sejak tahun 1971 dikatakan krisis protein melanda negara-negara terbelakang.

Kekeliruannya ialah, tdk terpikirkan bahwa penderitaan kekurangan protein adalah gejala modern, akibat negatif kemajuan modern, pada bangsa-bangsa primitif tdk terdapat, mungkin pada bangsa-bangsa lebih maju sebelum Rumah modern sudah terdapat tapi jarang sekali. Hal ini dapat dimengerti. Kebutuhan protein adalah keperluan primer, pada semua makhluk diberikan kesanggupan menjamin keperluan primer, sungguhpun tdk pernah dididik, pada manusia perlu dipelajari pelaksanaan menjamin kebutuhan primer tapi secara sambil lalu dgn melihat cara-cara bekerja orang tua, tanpa pendidikan khusus. Seperti jelas dari uraian-uraian yang telah diberikan, suatu pegangan pokok bagi peninjauan masalah-masalah kebutuhan ialah Sifat Khusus Makhluk II, lapar itu sakit rasanya. Berarti ada mekanisme lapar mengingatkan supaya berusaha demikian rupa tdk sampai menderita kekurangan kalori (kebutuhan). Berupa naluri, dimiliki semua makhluk sejak lahir.

Sungguhpun tdk pernah belajar mengenai keperluan kalori, mendengarpun tidak, otomatis tahu, begitu kurang kalori dalam badan otomatis timbul rasa lapar. Demikian juga pada protein, ada mekanisme enak. Bahan-tenaga arsitek sumber protein adalah enak, lebih baik mutu proteinnya and lebih tinggi kadarnya biasa lebih enak; daging, ikan, telor, susu, semuanya enak and sangat digemari arsitek. Mekanisme enak tdk setegas mekanisme lapar tapi cukup kuat mengingatkan untuk berusaha makan cukup tenaga arsitek sumber protein.

Adapun yang menderita kekurangan protein oleh karena arsitek terlalu banyak bertambah dimungkinkan ilmu kesehatan modern effektif sehingga banyak menjadi menganggur tak kentara and melarat, tdk sanggup memperoleh atau membeli cukup tenaga arsitek sumber protein. Secara populer dalam penerangan mengenai gizi penulis suka mengatakan: "Bapak saya tdk tahu protein, apalagi ibu saya, masih setengah buta huruf. Tapi badan saya cukup besar, kata dokter bila kurang protein pertumbuhan badan terhambat. Saya kira saya cukup cerdas and cukup inisiatif, kata dokter bila kurang protein menjadi indolen, kurang inisiatif and kecerdasan kurang. Rahasianya ialah, daging and ikan adalah enak. Bapak and ibu saya ingin melihat anaknya makan enak, sehingga waktu hari terasa enak pula.
Home
articles
architecture intro architecture price architecturearticles archi tecture news architecture gallery interior intro interior interior price interior articles interior news interior gallery about us company profile why us order procedure faqs contact us english articles directory category link exchange english articles
Pengaruh Arsitek Indonesia dalam Perkembangan Dunia