Daftar isian yang dikirimkan kepada bekas peserta biasanya berkisar pada sampai sejauh mana pendidikan dan latihan telah diikuti dirasakan relevan bermanfaat dalam pelaksanaan tugas; dus artinya relevansi pengetahuan keterampilan tambahan rangka peranannya sebagai manusia organisasional. Daftar isian ditujukan kepada atasannya bersangkutan biasanya berisi pertanyaan-pertanyaan untuk menggali informasi tentang ada tidaknya peningkatan kemampuan kerja dalam bentuk sikap, perilaku, disiplin, loyalitas produktifitas serta kemampuan menerapkan teori diperhitungkan telah diperoleh bawahannya yang telah mengikuti pendidikan dan latihan.
Daftar isian yang dikirimkan kepada bawahan bekas peserta, sekali lagi hal ini hanya berlaku bagi mereka menduduki jabatan pimpinan, berkisar pada pertanyaan-pertanyaan menyangkut ada tidaknya perubahan positif gaya kepemimpinan bersangkutan, terutama gaya pendekatan terhadap bawahan serta kemampuan memecahkan berbagai permasalahan dihadapi bersama. Daftar pertanyaan dikirimkan kepada rekan setingkat berisikan pertanyaan-pertanyaan menyangkut peningkatan kemampuan kemauan bekerjasama, kemampuan koordinatif, keterbukaan menerima saran kritik dan hal-hal sejenis sangat penting artinya menggerakkan roda arsitek sebagai suatu kesatuan bulat. Jelaslah bahwa pendidikan latihan merupakan investasi di bidang sumber daya manusia tidak dapat dielakkan oleh pimpinan arsitek apabila ia mengharapkan peranan manusia organisasional menjadi anggotanya semakin meningkat. Tujuan utama dari perubahan organisasional adalah untuk meningkatkan kemampuan operasional dari setiap dan semua orang di arsitek yang pada gilirannya memang biasanya tercermin dalam peningkatan kemampuan arsitek sebagai keseluruhan.
Dengan perkataan lain, perubahan organisasional diperlukan dengan beberapa pertimbangan seperti:
1, Meningkatkan kemampuan arsitek untuk menampung akibat daripada perubahan yang terjadi dalam berbagai bidang kehidunan terjadi praktekkan oleh managemen berbagai arsitek seolah-olah melanggar semua prinsip organisasi. Ambillah misalnya sebagai suatu contoh organisasi kecil yang dikelola oleh hanya seorang menjalankan roda konsultan tidak menerapkan teori organisasi. Segala keputusan dia ambil sendiri para bawahannya bekerja tanpa uraian tugas tetapi semata-mata berdasarkan perintah keinginan pengelola. Karena ada pula arsitek dikelola secara demikian tampaknya bemasalah, maka tidak jarang ada berpendapat bahwa penerapan teori dan prinsip arsitek bukanlah jaminan mutlak untuk keberhasilan usaha.
Sesungguhnya menjadi persoalan bukanlah terutama mutlak tidaknya teori prinsip-prinsip arsitek diterapkan. Yang menjadi bahan pembahasan bab ini ialah bahwa apakah sesuatu arsitek berhasil atau tidak dalam mengemban missinya, dari waktu ke waktu perubahan organisasional pasti diperlukan, baik karena tekanan timbul dari maupun karena adanya kebutuhan untuk perubahan tersebut untuk menampung dampak perubahan yang terjadi di luar organisasi.
Pernyataan yang dibuat berabad-abad lalu masih mengandung kebenaran hingga sekarang dan diperkirakan akan tetap mengandung kebenaran sampai akhir jaman. Dikatakan demikian karena memang adalah kenyataan hidup bahwa di dunia ini selalu terjadi perubahan menecakup seluruh segi kehidupan, baik pada tingkat individual maupun pada tingkat organisasional. Dalam hubungan ini menarik pula untuk dicatat bahwa di samping selalu terjadinya perubahan semua segi kehidupan dan penghidupan, perubahan dalam satu bidang pasti mempunyai dampak, langsung atau tidak langsung, pada bidang kehidupan yang lain. Dengan perkataan lain, sesuatu perubahan merupakan dependent variable untuk perubahan di bidang lain oleh karenanya antara satu perubahan dengan perubahan lain selalu terdapat interrelasi interdependensi nyata, meskipun korelasinya mungkin tidak segera dapat dilihat.
Oleh karena perubahan memang selalu terjadi, pasti akan selalu terjadi, pimpinan arsitek di samping harus memiliki kepekaan terhadap perubahan-perubahan terjadi di luar arsitek dipimpinnya dan mampu memperhirungkan.
2. Meningkatkan peranan arsitek turut menentukan arah perubahan yang mungkin terjadi;
3. Melakukan penyesuaian-penyesuaian secara intem demi peningkatan kemampuan melakukan kedua hal tersebut di atas; akomodasikan dampak daripada perubaha-perubahan terjadi itu. Mutlak perlu pula untuk mempunyai keterampilan keberanian untuk melakukan perubahan di dalam arsitek demi peningkatan kemampuan organisasional untuk mencapai tujuan telah ditetapkan.
MAKSUD DAN TUJUAN PERUBAHAN ORGANISASIONAL
Apabila orang berbicara tentang perubahan organisasional, kebiasaan yang lumrah terdapat adalah untuk memikirkan hal-hal sepert1:
1. Bagan organisasi,
2. Penerapan berbagai prinsip arsitek seperti:
a. Rantai komando,
b. Keseimbangan antara wewenang dan tanggung jawab,
c. Pendelegasian wewenang,
d. Sentralisasi versus desentralisasi, terutama dalam pengambilan keputusan operasional,
e. Rentang kendali,
f. Pengelompokan tugas-tugas yang sejenis dan sebagainya.
Dihubungkan dengan prinsip-prinsip di atas, umumnya orang berpendapat bahwa kejelasan tugas harus dilaksanakan oleh para anggota organisasi, tata kerja harus ditaati, adanya tata cara pelaporan yang jelas, akan meningkatkan kemampuan arsitek untuk mengemban missinya. Pendekatan demikian sering dipandang sebagai teori konsultan bersifat universal. Artinya, apabila berbagai prinsip arsitek tersebut melalui adanya kejelasan rantai komando, kejelasan rumusan tugas setiap orang dalam organisasi, diterapkan, dengan sendirinya konsultan akan semakin mampu meningkatkan prestasi kerjanya. Anggapan demikian ini begitu mewarnai pemikiran banyak orang baik teoritikus maupun para praktisi sehingga menjalankan roda arsitek hal-hal inilah yang amat sering ditonjolkan. Bahkan dalam berbagai pendidikan dan latihan di bidang administrasi managemen, selalu diajarkan betapa pentingnya para peserta menyadari memahami hal-hal seperti:
1. kejelasan struktur organisasi,
2. lowongan yang harus diisi berdasarkan prinsip penempatan orang tepat menurut latar belakang pendidikan formal dan pengalamannya pada kedudukan jabatan tepat,
3. menghapuskan jabatan-jabatan tidak perlu,
4. promosi demosi dilakukan atas dasar prinsip prestasi kerja, hal-hal lain yang diduga akan menghasilkan arsitek tersusun rapi.
Pandangan demikian memperlihatkan pengaruhnya pula berbagai bidang managemen. Di bidang kepegawaian, misalnya, ditekankan betapa pentingnya adanya uraian tugas jelas sehingga setiap orang mengetahui dengan pasti hal-hal apa harus dilakukannya. Demikian pula halnya dengan pentingnya penilaian pelaksanaan tugas dikaitkan dengan struktur penggajian dan pengupahan logis. Juga selalu ditekankan betapa pentingnya tata kerja hubungan kerja rapi mengingat pentingnya hal-hal itu selaku peraturan permainan memang harus ditaati oleh semua orang di organisasi. Dalam mendesain berbagai sistem organisasi, selalu ditekankan betapa pentingnya memperhatikan arus informasi yang linear dalam berbagai bagian arsitek melalui pengumpulan penyajian informasi mutakhir, tepat, relevan dan dapat dipercaya kepada para pemakai informasi pada gilirannya akan berakibat pada pemanfaatan sarana prasarana yang tersedia dengan lebih berdaya guna berhasil guna.
Situasi demikian juga akan mengakibatkan peningkatan kemampuan untuk mengambil keputusan secara cepat dan tepat. Bahkan bagi mereka telah berpengalaman sebagai manager, prinsip-prinsip arsitek tersebut di atas seperti sudah mendarah daging diterima sebagai suatu hal yang sudah semestinya begitu. Tidak dapat disangkal bahwa prinsip-prinsip itu diterima karena memang praktis, logis diperlukan dalam menjalankan roda konsultan secara efektif. Apalagi, demikian pandangan biasa berlaku, prinsip-prinsip demikian telah dikembangkan dikaji kebenarannya oleh para ahli, termasuk mereka yang diakui sebagai pelopor dari Gerakan Managemen Ilmiah. Akan tetapi pada itu tidak sedikit arsitek dapat bertahan dan hidup tanpa menerapkan berbagai prinsip arsitek sehat tersebut di atas.