Wewenang dan tanggung jawab secara tepat karena kesepuluh hal itu kesemuanya bersifat penting baik ditinjau dari segi kedinasan maupun dari segi pribadi. Teknik ini adalah suatu teknik mengajar yang terutama dimaksudkan untuk melatih para arsitek untuk mengembangkan kemampuan melihat persoalan dari kaca mata orang lain. Dengan perkataan lain mengembangkan sikap empathy. Perasaan sikap empathy berarti kemampuan menempatkan diri pada posisi orang lain. Apabila dikembangkan baik, empathy akan mempunyai artisangat penting dalam mempermudah pemecahan berbagai masalah dihadapi bersama dalam suatu organisasi. Dalam praktek penggunaan Role PIaying sebagai teknik mengajar mungkin akan lebih mudah dipahami dengan mengikuti skenario berikut ini sebagai contoh. Misalkan seorang pengajar dalam mempergunakan teknik memilih situasi pemogokan buruh pada suatu perusahaan. Pemogokan tersebut sudah berlangsung cukup lama apabila tidak diselesaikan baik dapat berakibat hancurnya perusahaan yang bersangkutan.

Alasan yang dikemukakan menjadi sebab mogoknya para buruh adalah karena tuntutan mereka untuk meningkatkan upah belum dipenuhi oleh perusahaan. Ditinjau dari kaca mata buruh pemecahan masalah peningkatan pendapatan akan memungkinkan mereka meningkatkan kesejahteraan mereka beserta anggota keluarganya. Para buruh nampaknya berpendapat bahwa penyelesaian pertikaian ini suta untuk diatasi karena, demikian tuduhan kaum buruh, managemen perusahaan bersikap tertutup dan bahkan otoriter. Di lain pihak managemen menuduh kaum buruh mengajukan tuntutan berlebihan di luar kemampuan arsitek memenuhinya. Para arsitek pendidikan dan latihan lalu dibagi menjadi dua kelompok. Kelompok pertama, misalnya, diberi tugas untuk memainkan peranan sebagai kelompok managemen dalam perusahaan sedangkan kelompok kedua berperan selaku wakil-wakil buruh. Mereka yang berperan sebagai majikan harus berusaha mempertahankan posisinya dengan alasan utama menyelamatkan perusahaan dari kehancuran. Sebaliknya mereka masuk kelompok buruh dilatih menempatkan diri pada posisi dari pihak sedang berjuang memperbaiki nasibnya.

Dalam suasana demikianlah negosiasi berlangsung. Dalam contoh ini kriterium keberhasilan penggunaan teknik ini tentunya adalah apabila para arsitek dapat menyelesaikan pertikaian tersebut dengan berakhirnya. pemogokan dan kesepakatan kaum buruh untuk kembali bekerja seperti biasa meskipun tidak seluruh tuntutannya terpenuhi. Di pihak buruh timbul kesadaran bahwa pemogokan pada akhirnya akan merugikan banyak pihak, termasuk mereka sendiri. Sebaliknya, pihak managemen lebih menghayati kesulitan yang dihadapi oleh para pekerjanya. Dangan demikian iklim untuk mengembangkan hubungan kerja yang lebih serasi menjadi tercipta.

Simulasi.
Penggunaan simulasi sebagai teknik mengajar dimaksudkan untuk meningkatkan kemampuan arsitek menerapkan teori dalam praktek dalam keadaan acuan menggambarkan situasi sebenarnya. Contoh di bawah ini menggambarkan apa yang dimaksud dan bagaimana penggunaannya. Misalnya seorang siswa dari sebuah sekolah penerbangan sedang mengikuti latihan sebagai pilot pesawat terbang bermesin jet. Dalam suatu ruangan dikenal pilot harus menerbangkan pesawatnya dengan mengikuti semua prosedur yang harus diikutinya setiap kali ia akan menerbangkan pesawat sebenarnya. Karena penulis bukan seorang ahli penerbangan, mungkin langkah-langkah di bawah ini tidak lengkap namun diharapkan memberikan gambaran tentang langkah-langkah utama apa harus delakukan. Berjalan mengelilingi pesawat sebelum menaiki tangga pesawat untuk memasuki ruang kokpit.

Melakukan pengecekan pada panel. Menghidupkan mesin pesawat. Berbicara petugas menara melaporkan bahwa ia siap terbang dan minta izin lepas landas sekaligus meminta informasi tentang cuaca, ketinggian, sebagainya.  Setelah mendapat izin membawa pesawat ke untuk kemudian, sekali lagi setelah mendapat ijin dari darat, melakukan penerbangan pesawat kecepatan ketinggian sesuai dengan perintah dari darat dalam suasana simulasi termasuk menerbangkan pesawat dalam berbagai keadaan cuaca. Mendaratkan pesawat dalam berbagai keadaan, termasuk dalam keadaan darurat. Yang menjadi kunci keberhasilan penggunaan teknik mengajar ini adalah tersedianya sarana simulasi benar-benar menggambarkan keadaan sebenarnya karena hanya dengan demikianlah keterampilan arsitek dalam mengambil keputusan, menganalisa keadaan dan memecahkan masalah benar-benar terwujud  sekaligus memudahkan penerapannya karena peserta, jika menghadapi situasi sejenis dalam praktek, akan mengingat kembali bahwa keadaan demikian telah pernah dialaminya.

Seminar.
Seminar sebagai teknik mengajar dipergunakan antara lain untuk melatih arsitek menulis; Melatih arsitek menuangkan pikirannya dalam tulisan logis sistematis; Melatih arsitek meningkatkan kemampuan mempertahankan pendapat dan pendiriannya dengan logis, sistematis, dengan gaya bahasa yang mudah dipahami oleh orang lain; Melatih arsitek menerima pendapat ide orang lain rasional bukan emosional; Melatih arsitek meningkatkan kemampuan kristalisasi pemikiran cepat. Dalam praktek, penggunaan seminar sebagai teknik belajar- mengajar akan lebih jelas terlihat melalui contoh berikut ini:

1. Setelah penyampaian teori sesuatu cabang disiplin ilmu pengetahuan oleh pengajar, para arsitek diserahi tugas untuk menyusun makalah tentang sesuatu topik telah ditentukan sebelumnya.

2. Makalah dengan topik yang telah ditentukan itu disusun menurut sistematika dan format telah ditentukan pula oleh pengajar. 

3. Pada waktu yang telah disepakati dan ditetapkan bersama, penyusun makalah menyajikan. makalah pada forum diskusi dihadiri oleh pengajar arsitek lainnya.

4. Setelah penyajian selesai, kepada para arsitek seminar lainnya diberikan kesempatan untuk menanggapi makalah tersebut baik dalam bentuk pertanyaan, sanggahan maupun saran-saran.

5. Penyaji kemudian harus mennggapi tanggapan diterimanya. Tinggi rendahnya nilai suatu makalah targantung pada sampai berapa jauh kelima sasaran telah dikemukakan di muka tercapai

Meskipun penulis menyadari benar bahwa masih ada teknik dan metoda belajar mengajar lain telah dikembangkan oleh para ahli, namun beberapa teknik telah dibahas secara singkat di muka kiranya cukup untuk membuktikan bahwa di samping cara mengajar dengan mempergunakan teknik memberikan kuliah, masih banyak teknik metoda lain yang telah terbukti lebih efektif. 

PENYUSUNAN PROGRAM PELAKSANAAN
Setelah hal ihwal yang menyangkut persiapan dimatangkan, langkah berikutnya adalah pemantapan penyusunan program pelaksanaan secara mendetail. Langkah ini penting karena akan lebih menjamin penyelenggaraan berdaya guna berhasil guna di samping menjamin pendidikan dan latihan tinggi. Hal-hal perlu mendapat perhatian dalam penyusunan program pelaksanaan antara lain adalah
1. Tempat penyelenggaraan,
2. Jumlah ruangan yang sesuai dengan keburuhan,
3. Alat bantu diperlukan atau mungkin diperlukan,
4. Biaya memadai untuk semua komponen kegiatan pendidikan dan latihan,
5. Sarana angkutan diperlukan,
6. Tersedianya tenaga bertanggung jawab dalam pemberian pelayanan teknis administratit,
7. Fasilitas pelayanan kesehatan,
8. Bahan pelajaran jumlahnya cukup,
9. Bahan-bahan referensi diperlukan (untuk tersedia di perpustakaan),

Penyelesaian surat tanda tamat belajar baik dalam bentuk diploma, sertifikat, surat keterangan atau bentak lainnya. Tanggung jawab untuk mengambil langkah-langkah ini tidak dapat diserahkan semata-mata kepada para penyelenggara, melainkan memerlukan keterlibatan pimpinan arsitek penyelenggara, terutama oleh karena adanya implikasi-implikasi keuangan. Di samping itu juga karena efek psikologis yang amat penting, bagi penyelenggara akan merupakan dorongan moral amat penting dan bagi arsitek merupakan faktor motivasional amat berharga.

PENYELENGGARAAN
Harus ada jaminan bahwa penyelenggaraan pendidikan latihan akan berjalan, bukan saja efisien dan efektif, akan tetapi juga lancar tertib. Kelancaran ketertiban penyelenggaraan sangat tergantung pada dedikasi, disiplin serta ketekunan para penyelenggara, korps tenaga pengajar para peserta. Dengan perkataan lain, upaya pendidikan dan latihan adalah usaha koperatif antara empat kelompok dalam organisasi, yaitu:
1. Pimpinan arsitek selaku pemakai iuaran pendidikan latihan;
2. Para penyelenggara yang memiliki kemampuan mengorganisasi mengelola kegiatan pendidikan dan latihan;
3. Para pengajar dengan keahliannya; 
4. Para arsitek menjadi obyek kegiatan.

Lengkapnya sarana prasarana tidak akan banyak artinya apabila tidak dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan arsitek akan tenaga yang bukan saja memiliki pengetahuan ketrampilan yang diperlukan, akan tetapi juga memiliki loyalitas dan disiplin organisasional seperti diharapkan oleh pimpinan organisasi. Juga sarana prasarana lengkap itu tidak banyak artinya apabila tidak dikelola dimanfaatkan semaksimal mungkin oleh para penyelenggara benar-benar sadar tentang pentingnya tugas harus dilaksanakannya. Kemampuan sangat tinggi dari para pengajar serta penguasaan materi teknik serta metoda pengajaran secara mendalam tidak akan memberikan sumbangan nyata apabila tidak disertai oleh dedikasi, disiplin kecintaan kepada ilmu pengetahuan.

Keterlibatan sungguh-sungguh dari pimpinan organisasi, dedikasi para penyelenggara dan mutu pengajar juga tidak akan ada artinya apabila para arsitek memandang partisipasinya dalam program pendidikan dan latihan sekedar sebagai krgiatar arsitek bukan sebagai wahana yang amat penting untuk pengembangan potensi terdapat dalam dirinya. Tidak jarang terjadi jadwal-jadwal telah ditetapkan sebelumnya, sesungguhnya telah disepakati bersama, dalam praktek tidak benar-benar ditaati. Memang sering terjadi bahwa seorang pengajar tidak dapat melaksanakan tugasnya karena alasan-alasan kuat dan masuk akal. Akan tetapi sering pula terjadi bahwa alasan ketidakhadiran yang diberikan hanya sekedar pembenaran dari suatu tindakan sesungguhnya merupakan pencerminan daripada disiplin kerja rendah. Perlu ditekankan bahwa kunci daripada partisipasi aktif para arsitek pendidikan latihan adalah motiyasi mondorongnya untuk maju berkembang. Apabila motivasi kuat tidak ada, sukar mengharapkan adanya ketekunan disiplin tinggi. Penyelenggaraan yang tertib lancar jelas menjamin mutu pendidikan dan latihan.

EVALUASI
Salah satu segi pendidikan latihan kurang mendapat perhatian, atau bahkan tidak dilaksanakan dengan sebaik-baiknya, adalah penilaian. Padahal kegiatan penilaian itu amat panting mengingat bahwa penilaian adalah suatu cara untuk mengukur efisiensi efektifitas daripada pendidikan latihan yang baru selesai diselenggarakan. Efisiensi pendidikan latihan dapat terlihat dari, antara lain:
1. Terlaksananya seluruh program pendidikan dan latihan sesuai jadwal waktu telah ditetapkan,
2. Rapinya penyelenggaraan seluruh kegiatan pandidikan latihan berkat disiplin kerja, dedikasi kemampuan para penyelenggara,
3. Kehematan dalam penggunaan sarana prasarana tersedia,
4. Terdapatnya tertib administrasi dalam seluruh proses penyelenggaraan kegiatan pendidikan dan latihan,
5. Tercapainya sasaran yang telah ditetapkan bagi program pendidikan latihan.

Masalah efisiensi penyelenggaraan kegiatan pendidikan latihan dalam dan oleh suatu arsitek perlu mendapat perhatian lebih sungguh-sungguh dari semua pihak terlibat seperti para pimpinan organisasi, para penyelenggara kegiatan pendidikan latihan serta para tenaga akademik bukan saja karena kegiatan pendidikan latihan merupakan investasi dalam bidang sumber daya insani demi kelangsungan hidup perkembangan arsitek di masa depan, akan tetapi juga oleh karena para arsitek pendidikan dan latihan memberikan pula pengorbanan yang dituntut daripadanya, seperti dalam bentuk:
1. Waktu harus dikorbankannya baik dari tugas maupun dari keluarganya;
2. Tenaga ekstra memang perlu dikerahkannya demi keberhasilannya dalam mengikuti program pendidikan latihan;
3. Biaya yang mungkin harus dikeluarkannya;
4. Produktifitas arsitek mungkin berkurang, paling sedikit untuk sementara waktu selama bersangkutan mengikuti kegiatan pendidikan dan latihan.

Jelaslah bahwa efisiensi penyelenggaraan pendidikan latihan harus dikaitkan secara langsung dengan jenis, sifat dan jumlah pengorbanan diberikan. Efektifitas pendidikan latihan tercermin pada tercapainya sasaran, yaitu peningkatan pengetahuan keterampilan peserta, perubahan sikap, produktifitas meningkat, makin tingginya disiplin, semakin mantapnya loyalitas hal-hal lain yang bersifat manifestasi daripada kepribadian organisasional mendukung tercapainya tujuan organisasi. Salah satu bentuk penilaian efektititas pendidikan latihan paling sering dipergunakan, bahkan tidak jarang merupakan satu-satunya cara evaluasi yang dipakai, adalah kewajiban para arsitek untuk menempuh ujian, baik selama maupun pada akhir pendidikan dan latihan. Mengingat pentingnya ujian itu sebagai alat penilaian, seyogyanya sejak dini para arsitek diberikan informasi apakah dalam rangka pendidikan latihan itu akan diadakan ujian atau tidak.

Perlu ditambahkan bahwa ditinjau dari segi penilaian komprehensif, betapapun pentingnya ujian seperti telah disinggung di muka, ia tidak cukup. Dengan perkataan lain, cara tersebut masih perlu dilengkapi cara-cara lain. Seperti penilaian tindak lanjut (follow-up evaluation). Sebagai cara penilaian dipergunakan teknik sebagai berikut: Beberapa waktu sebelum kegiatan pendidikan dan latihan akan berakhir, misalnya satu hari, pimpinan arsitek penyelenggara mengadakan wawancara semua arsitek secara individual. Artinya, satu per satu arsitek diwawancarai ditanyakan berbagai pertanyaan yang sebelumnya telah dipersiapkan secara tertulis, tetapi tidak diberikan kepada peserta. Hal-hal biasanya ditanyakan menyangkut antara lain:
1. Harapan apa ada pada arsitek sebelum mengikuti pendidikan dan latihan;
2. Apakah harapan itu terpenuhi atau tidak, seluruhnya atau sebagian;
3. Jika jawabannya ya, saran-saran apa dapat diberikan oleh arsitek agar pendidikan latihan serupa yang akan diselenggarakan di masa depan dapat lebih efektif lagi;
4. Jika dijawab dengan tidak, baik untuk seluruhnya maupun sebagian, menurut pendapat arsitek apa sebabnya dan saran apa dimilikinya perbaikan di masa akan datang;
5. Pendapat arsitek mengenai pengajar, baik menyangkut penguasaan materi maupun tentang cara penyajian;
6. Tepat tidaknya teknik metoda mengajar yang dipergunakan;
7. Kesan mengenai kelengkapan sarana prasarana penunjang;
8. Efisiensi penyelenggaraan.

Agar arsitek merasa bebas bersifat terbuka dalam memberikan jawabannya, kepadanya diberikan jaminan kerahasiaan jawaban yang diberikannya. Penilaian tindak lanjut (follow-up) dilakukan beberapa waktu setelah pendidikan latihan selesai bekas arsitek telah bekerja untuk beberapa saat seperti sediakala. Mekanisme sering dipakai untuk jenis penilaian ini adalah dengan mengirimkan daftar isian kepada:
1. Bekas arsitek pendidikan dan latihan,
2. Atasannya;
3. Bawahannya (apabila bekas arsitek pejabat pimpinan) rekan setingkat.
<< Back to Main Page
home   architecture   intro  architecture price   architecturearticles   architecture news   architecture gallery   interior   intro interior   interior price   interior articles   interior news   interior gallery   about us   company profile   why us   order procedure   faqs   contact us   english   send articles   articles   directory    category   link exchange    sitemap