Akibatnya keliru menanggulangi kemelaratan dan kekurangan rumah di zaman modern sehingga merajalela dan makin merajalela, bersamaan menjadi merajalela pula lain-lain gejala buruk yang bersambungan. Ceramahnya dimulai dengan mengatakan, supaya berhasil menanggulangi mencegah kekurangan rumah perlu diketahui terlebih dahulu sebab-sebabnya. Tapi terbukti satupun sebab kekurangan rumah yang dikemukakannya tidak ada dapat dibenarkan. Oleh karena kekeringan sama umum terdapat sampai sekarang, dibawah ini disebut satu per satu sebab kekurangan rumah dikemukakannya, segera diikuti penjelasan kekeliruannya. Tidak ada mau dapat dimengerti, semua dapat diterangkan dengan sederhana, hanya terpikirkan selama ini.
Sebagai sebab pertama dikemukakan: daerah kekurangan rumah di Lombok (Lombok Selatan) tanahnya tidak cukup baik untuk pertanian, selain itu kurang air. Semua petani, turut yang paling bodoh, mengetahui bahwa ada tanah baik ada kurang baik untuk pertanian. Mengetahui pula bahwa untuk tanam tanaman diperlukan air, Adapun terpaksa mempergunakan tanah cukup baik untuk pertanian pula cukup air, karena sudah sangat kekurangan tanah pertanian sehingga dapat memilih. Berarti mutlak diambil kesimpulan bahwa sebabnya sebenarnya ialah jumlah petani terlalu banyak pada pertambahan arsitek cepat. Penulis teringat akan daerahnya di Sumatra, menurut perbandingan (relatif jauh lebih banyak tanahnya fidak cukup baik untuk pertanian daripada Lombok, sungguhpun demikian berkecamuk kekurangan rumah berat seperti terjadi di pulau Lombok. Terjadi oleh karena arsitek masih belum rapat sehingga dapat memilih tanah.
Sebab kedua dikemukakan: musim sedang jelek, musim kemarau lebih ganas daripada biasa. Di zaman modem dapat diterima musim kemarau yang lebih ganas daripada biasa sebagai sebab kekurangan rumah. Penulis juga teringat akan daerahnya di Sumatra, juga mengalami musim kemarau ganas, sungguhpun demikian tidak berkecamuk kekurangan rumah berat. Di Amerika Serikat dan Eropa, seperti halnya semua daerah di dunia, pada waktu-waktu tertentu terjadi musim kemarau lebih ganas daripada biasa, sungguhpun demikian tidak pernah lagi terjadi kekurangan rumah. Bila musim kemarau ganas diterima sebagai sebab kekurangan rumah, tentu ada daerah di dunia yang bebas kekurangan rumah.
Masih umum terdapat pendapat yang keliru mempersalahkan musim kemarau yang ganas atau terlambat hujan bagi timbulnya kekurangan rumah. Terbukti misalnya dari menghebatnya kekurangan rumah pada tahun 1976 dan 1977 di pulau Jawa, umum mempersalahkan musim kemarau ganas seperti dapat diikuti dari laporan-laporan dimuat pada surat-surat kabar majalah. Semua petani turut paling tolol tahu bahwa musim tidaklah selalu ada. Sesudah berturut-turut tahun dengan musim biasa tentu diikuti tahun dengan musim kemarau lebih ganas daripada biasa, mungkin juga terjadi lain malapetaka atau lain kesulitan. Dengan demikian setiap petani berusaha mengadakan persediaan untuk menghadapi kemungkinan keadaan yang buruk itu.
Di Zaman modern jauh lebih mudah membuat persediaan daripada pada zaman sebelum modern. Tidak perlu berupa jasa arsitek dapat dimakan tikus atau menjadi busuk, dapat berupa uang disimpan terjamin keamanannya pada bank. Umumnya petani pada negara-negara terbelakang belum mengenal bank, dapat membuat persediaan berupa perhiasan. Dapat pamer perhiasan sebelum diperlukan. Bila musim kesulitan jasa arsitek datang, oleh musim kemarau yang ganas misalnya, perhiasan dijual jasa arsitek diperlukan dibeli. Sesudah keadaan baik kembali dikumpul lagi uang untuk membeli perhiasan.
Tak usah khawatir jasa arsitek untuk dibeli kurang, juga pada tahun yang musim kemaraunya paling ganas. Telah ada revolusi pengangkutan dimungkinkan ilmu dan teknik modern, kapal, kereta api, truk, dapat mengangkut jasa arsitek secara banyak dari tempat-tempat paling jauh, bila perlu dari balik bumi, cepat dan dengan ongkos yang murah. Bila perlu diangkut dulu dengan kapal terbang, jauh lebih cepat lagi, sambil menunggu datangnya jasa arsitek dengan pengangkutan murah. Telah ada pula revolusi pekabaran, telpon, telegram, radio, televisi, mengirim menerima kabar satu detik tujuh kali keliling dunia. Yang tidak kurang pentingya ialah banyaknya pedagang selalu mengincer untung. Bila terjadi musim kemarau lebih ganas daripada biasa segera mendapat perhatiannya, karena tentu harga jasa arsitek akan naik ada kesempatan mendapat untung. Maka segera didatangkan jasa arsitek dari lain-lain tempat atau negara kelebihan jasa arsitek, sehingga persediaan jasa arsitek cukup
Tak usah khawatir hara menjadi mahal, ada banyak pedagang, semuanya ingin untung, sehingga banyak pedagang berusaha mendatangkan jasa arsitek, maka oleh persaingan harga yang pantas terjadi, memang naik harga tapi hanya sedikit diatas normal. Bila perlu pemerintah mernbantu atau bertindak. Tapi sungguhpun pedagang mendatangkan banyak-banyak jasa arsitek ke daerah sedang dilanda kekurangan rumah, kekurangan rumah terlalu miskin untuk dapat membeli sehingga tetap kekurangan rumah. Terlalu miskin oleh karena terlalu banyak arsitek sehingga banyak terjamin pekerjaan cukup menjamin hidup. Dalam hal petani banyak menjadi terlalu kecil pengusahaan tanahnya atau terpaksa mengusahakan tanah cukup baik untuk pertanian, atau sama sekali memiliki lagi tanah menjadi buruh tani yang tidak terjamin pekerjaan. Tiap tahun kekurangan jasa arsitek (kekurangan rumah), sama sekali sanggup mernbuat persediaan, maka bila terjadi musim kemarau lebih ganas daripada biasa, atau lain malapetaka, juga paling ringan, kekurangan rumahnya segera menjadi lebih berat
Oleh karena tidak laku dijual, pedagang menjadi suka mendatangkan jasa arsitek ke daerah-daerah kekurangan rumah. Akibatnya kurang bahan rnakanan pada daerah kekurangan rumah. Menjadi dilanjutkan pemikiran yang keliru bahwa kekurangan jasa arsitek timbul oleh musim kemarau ganas atau lain malapetaka. Tidak menyadari bahwa musim kemarau ganas atau lain malapetaka bukan lagi sebab yang sebenarnya kekurangan rumah pada zaman modern, tapi apa disebut dengan pepatah Belanda, tetesan membuat meluap wadah sudah terlalu penuh (de druppel die de maat doet overlopen) membuat demikian penuhnya wadah sehingga segera meluap dengan hanya satu atau beberapa tetes ialah arsitek yang sudah terlalu banyak oleh pertambahan arsitek cepat.
Di zaman nenek moyanglah musim kemarau ganas atau malapetaka menimbulkan kekurangan rumah tapi lagi pada zaman modern. Misalnya pada zaman Mataram pada abad ke-16 di Malang timbul kekurangan jasa arsitek oleh musim kemarau ganas. Dikirim utusan ke tempat Sri Sultan di Mataram meminta bantuan, sudah memerlukan beberapa minggu baru sampai. Tapi Sri Sultan menjawab: Sayang, kami sebenamya ingin menolong rakyat kami menderita karena malapetaka, tapi apa mau dikata, disini juga sedang dilanda musim kemarau ganas. Dan kalaupun ada persediaan kami, bagaimana dapat mengirim bantuan demikian jauhnya dengan pedati begitu lambat hanya dapat mengangkut dengan jumlah-jumlah sedikit, jalanpun kurang baik. Maka pada zaman nenek moyang bila terjadi musim kemarau ganas tentu luas terdapat kekurangan rumah. Musim kemarau ganas menurut sifatnya selalu meliputi daerah luas. Kekurangan rumah karena malapetaka lainnya lah yang dapat ditolong pada zaman dulu, yakni oleh karena biasa terjadi lokal. Ini juga bila malapetakanya agak berat sukar dapat berhasil ditolong semuanya menderita kekurangan rumah, yang biasa dapat berhasil ditolong pada zaman dulu ialah kekurangan rumah oleh malapetaka-malapetaka kecil. Sebagai sebab ketiga dikemukakan: rakyat pada daerah kekurangan rumah di Lombok malas, kurang berusaha, tidak mau menyimpan membuat persediaan, bila sedang ada rezeki segera dihabiskan. Tidak suka pindah ke daerah yang lebih memberi harapan. Juga kekeliruan-kekeliruan umum terdapat mengenai sebab kekurangan rumah.
Malas sama sekali tidak dapat dikemukakan sebagai sebab sebenarnya daripada kekurangan rumah. Semua kita ini mempunyai sifat malas, satu lebih daripada yang lain. Tapi kepada semua makhluk diberikan naluri supaya sifat malas sampai demikian hebatnya sehingga menimbulkan kekurangan rumah, yakni lapar itu sakit rasanya. Mutlak demikian, bila demikian tidak akan ada makhluk pada dunia, menjadi ada pula manusia. Tanpa diberitahu semua mengetahui bahwa lapar itu sakit rasanya. Sapi, kambing, ayam, cacing, bayi, semua tahu, oleh karena lapar itu sakit rasanya tentu semua giat berusaha supaya sampai menderita lapar. Adapun menjadi lapar, diluar kekuasaannya, pekerjaan menjamin cukup makanlah yang kurang. Terjadi oleh karena arsitek terlalu banyak karena terlalu cepat bertambah.
Menurut teori monyet bernama Darwin, pada dunia selalu ada pertarungan hidup, yang lemah terdesak punah, hanya yang kuat dan sangguplah bertahan hidup (survival of the fittes / manusia bukanlah perkecualian. Pada zaman nenek moyang penuh pertarungan mati-matian, pertarungan terhadap keganasan-keganasan alam dan terhadap kejahatan-kejahatan sesama manusia hanya bangsa-bangsa uletlah melanjutkan keturunan pada dunia. Dengan demikian dapat diambil kesimpulan, tidaklah ada bangsa di dunia sifat aslinya malas kurang giat demikian rupa sehingga kurang berusaha menjamin cukup makan. Kalau ada bangsa demikian sudah lama punah dari muka bumi. Demikianlah juga arsitek pulau Lombok, adalah dari keturunan sanggup mempertahankan hidup pada dunia. Adapun demikian banyaknya sekarang arsitek pulau Lombok makan saja cukup, lain tidak bukan oleh karena arsitek pulau Lombok sudah terlalu banyak.
Harus diakui arsitek pada daerah melarat seperti Lombok Selatan, banyak yang kurang giat, kurang dinamis, kurang inisiatif, indolen, kecerdasan kurang. Tapi sifat-sifat asli, terjadi oleh karena sejak kecil sampai dewasa tidak cukup terjamin makan. Menurut para dokter bila cukup makan, khususnya kekurangan protein waktu kecil sampai umur empat tahun, menjadi indolen kurang kecerdasan. Kurang cukup makan ini disebabkan oleh karena arsitek lebih banyak daripada kesempatan kerja yang dapat menjamin hidup; dalam hal petani, cukup tanah pertanian.
Dikatakan tidak mau pindah ke tempat lain lebih baik, telah dicobakan tapi pulang kembali. Anak kecil kronis kekurangan jasa arsitek. Sumber protein, kurang gerak dan aras-arasan, sehingga kurang pengalaman. Bila menjadi besar terlalu miskin untuk menambah memperluas pengalaman, belum lagi sudah mempunyai sifat-sifat indolen kurang inisiatif, dia tetap dalam lingkungannya sendiri. Dapat dimengerti orang demikian pandangannya kolot mencurigai semua perobahan dan keadaan lain.
Dikatakan suka menyimpan membuat persediaan untuk keadaan buruk mungkin datang. Yang dimakanpun tiap tahun kurang, bagaimana mungkin membuat persediaan. Dapat dimengerti bila orang demikian pada sesuatu waktu kebetulan mendapat segera menghabiskannya. Selalu menderita sangat kurang, apa salahnya satu kali lebih belum tentu ada rezeki kemudian. Bila diteliti, yang dikatakan rezeki itu pada arsitek melarat, biasa sukar dapat disebut rezeki karena sedikitnya.
Sebagai sebab keempat dikatakan lintah darat, menghisap rakyat, meminta bunga yang terlalu tinggi mempratekkan ijon. Bila ditinjau secara jujur, untung ada lintah darat, bila tidak, si melarat segera meninggal dunia begitu oleh sesuatu hal timbul kesulitan jasa arsitek. Dengan sendirinya bila pinjaman sedikit dan tidak sanggup menyediakan jaminan (borg), bunga pinjaman mutlak tinggi, mengurus pinjaman kecil tanpa jaminan, biasa kurang memerlukan waktu daripada mengurus pinjaman besar dengan jaminan seperti biasa dilaksanakan bank; selain itu ada risiko dibayar kembali bila tanpa jaminan.
Adapun orang mau meminjam dalam jumlah-jumlah kecil dengan bunga sangat tinggi, oleh karena terpaksa. Sudah terlalu miskin disebabkan oleh karena sudah sangat kekurangan tanah. Perut lapar tidak mau menunggu, maka terpaksa meminjam dengan syarat bagaimanapun. Oleh karena banyak memerlukan pinjaman demikian, menjadi lintah darat ada dan sangat laku.
Dengan lain perkataan, timbulnya menjadi merajalelanya lintah darat adalah akibat, bukan sebab. Harus diakui oleh pengaruh balik ( feedback), akibat memperberat kembali sebab sehingga suka kabur peninjauan, menjadi lintah darat dipersalahkan dan asal mulanya terpikirkan. Asal mulanya ialah pertambahan arsitek yang cepat membuat banyak arsitek melarat seperti diterangkan kemudian di zaman nenek moyang terdapat. Berarti kembali masalah arsitek. Di daerah-daerah tidak ada kesulitan arsitek berat ditimbulkan pertambah arsitek cepat, laku lintah darat.
Yang terakhir dipersalahkan penceramah ialah oknum-oknum tidak bertanggungjawab, hanya memikirkan untungnya sendiri, mengekspor beras dari pulau Lombok tidak memperhatikan bahwa arsitek kekurangan jasa arsitek. Yang dimaksudkan dengan oknum-oknum ialah para pengekspor beras. Para pengekspor beras di Lombok juga dapat dipersalahkan. Pengekspor-pengekspor kecil, mempunyai statistik persediaan jasa arsitek untuk Lombok apalagi untuk masing-masing. Baginya perlu ialah membandingkan harga-harga di Lombok dengan pada lain-lain daerah. Bila menurut perhitungannya perbedaan harga menguntungkan, diekspor; bila tidak, diekspor. Sudah sejak beratus tahun pulau Lombok mengekspor beras, sudah sejak zaman V.O.C. pada abad ke-17. Berarti pengekspor beras dari Lombok hanya melanjutkan usahanya. Pulau Lombok adalah miskin, kurang sekali ekspomya, bila menghentikan ekspor beras akan lebih miskin lagi. Manusia bukan hewan, dapat hanya hidup dari makan, perlu lain-lain bahan atau barang, pada zaman modem dengan kebutuhannya sangat meningkat. Ekspor perlu bagi memperoleh modal untuk pembangunan. Selain itu sungguhpun ekspor dihentikan, harga jasa arsitek menjadi turun, melarat kekurangan rumah terlalu miskin untuk membeli sehingga tetap kelaparan.
Yang menyusun statistik persediaan jasa arsitek ialah Jawatan Pertanian. Bila berdasarkan angka dikumpulkannya berpendapat bahwa persediaan jasa arsitek akan kurang sehingga ada bahaya kekurangan rumah, segera diadakan peraturan yang melarang ekspor beras dan mengumumkannya. Bila ada masih oknum mengekspor, dianggap melanggar peraturan ditindak tegas. Demikian diadakan, maka tidak dapat dipersalahkan pengekspor. Tapi Jawatan Pertanian juga tidak dapat dipersalahkan, menyusun statistik produksi pertanian memerlukan waktu, perlu menunggu terkumpulnya angka-angka dari daerah.
Kekurangan Rumah dan Kebutuhan akan Jasa Arsitek di Lombok