Pablo Software Solutions
home   architecture   intro  architecture price   architecturearticles   architecture news   architecture gallery   interior   intro interior   interior price   interior articles   interior news   interior gallery   about us   company profile   why us   order procedure   faqs   contact us   english   send articles   articles   directory    category   link exchange    sitemap 
Merawat Pasien Sakit Berat di Rumah (1)

SAYA amat sedih ketika bibi saya didiagnosis kanker payudara lanjut. Saya dibesarkan bibi saya karena ibu saya meninggal ketika saya berumur 11 tahun. Ayah kemudian menikah kembali sehingga bibi sayalah yang membesarkan saya sampai saya berhasil menamatkan sekolah sebagai insinyur. Saya kemudian bekerja di sebuah perusahaan pertambangan di Kalimantan.

Saya jarang bertemu bibi. Biasanya, kalau ada kesempatan, saya pulang ketika Lebaran. Itu pun tak dapat saya lakukan teratur.

Bibi dirawat di rumah sakit selama tiga minggu dan kemudian dirawat di rumah saja. Paman saya menyampaikan, penyakit bibi saya telah menjalar ke tulang dan ke otak. Harapan untuk penyembuhan amat tipis, tetapi keluarga berusaha agar bibi terhindar dari derita nyeri dan batuk yang kadang-kadang cukup berat.

Bibi saya sangat gembira dengan kehadiran saya dan dari penampakan beliau terlihat cukup bersemangat. Meski harus memakai pipa dari hidung ke lambung untuk memasukkan makanan dan obat-obat, beliau masih dapat tersenyum.

Pagi hari beliau masih dapat membaca koran meski tidak lama. Beliau juga menyempatkan diri menonton beberapa acara televisi yang menjadi kegemaran beliau. Akan tetapi, untuk berjalan beliau mendapat kesulitan sehingga harus dibantu.

Kadang-kadang rasa nyeri di tulang belakang masih mengganggu meski beliau mendapat obat pelawan rasa nyeri yang cukup kuat.

Seminggu sekali perawat dari rumah sakit datang menengok beliau. Petugas tersebut memeriksa tekanan darah dan melihat perkembangan yang terjadi.

Kata Paman, secara berkala dokter dan petugas laboratorium rumah sakit juga datang. Bibi menyampaikan keinginannya kepada keluarga, kalau meninggal ingin meninggal di rumahnya, di tengah keluarga. Beliau tidak mau di rawat di rumah sakit, apalagi di ruang ICU yang penuh dengan peralatan kedokteran.

Karena saya bukan petugas kesehatan, saya merasa apa yang saya saksikan sesuatu yang baru. Pada pemahaman saya, orang yang sakit berat seharusnya di rawat di rumah sakit, bukan di rumah.

Pertanyaan saya, apakah perawatan di rumah merupakan pendekatan baru rumah sakit? Apakah rumah sakit pemerintah juga sudah punya layanan seperti ini karena bibi saya dilayani rumah sakit swasta di Jakarta? Apakah biaya perawatan di rumah dapat ditanggung asuransi kesehatan? Apa keuntungan dan kerugian perawatan orang sakit berat di rumah?***
<< Back to Main Page